Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Harga gas alam berbalik ke arah positif di awal tahun 2015, setelah pada akhir Desember lalu sempat menyentuh level terendah di US$ 2,889 per mmbtu. Namun, kenaikan ini diprediksi bersifat temporer, mengingat indeks dollar Amerika Serikat (AS) yang terus menanjak.
Berdasarkan Bloomberg, Senin (5/1), harga gas alam pengiriman Februari 2015 di New York Merchantile Exchange menguat 3,73% dari hari sebelumnya ke level
US$ 3,115 per mmbtu.
Ibrahim, Analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka menilai, rebound harga gas alam dalam dua hari terakhir merupakan imbas bertambahnya permintaan di Negeri Paman Sam.
Di awal tahun seperti ini, hampir semua negara bagian memang sudah memasuki musim dingin. Lonjakan permintaan akibat faktor musim dingin ini sedikit menggerus cadangan gas alam AS yang sebelumnya melimpah.
"Ada ekspektasi, cadangan gas alam di AS akan terus turun selama musim dingin tahun ini," ungkap Ibrahim, Senin (5/1). Namun, investor sebaiknya tidak terlena dengan penguatan harga gas alam di awal Januari ini.
Pasalnya, indeks dollar AS per Senin (5/1) pukul 17.48 menanjak ke level 91,531. Ini level indeks dollar AS tertinggi sejak Juli 2014. Kenaikan indeks dollar didorong oleh beberapa sentimen, seperti pemilihan umum di Yunani.
Banyak pihak khawatir, pemilu itu akan mendorong Negeri Para Dewa keluar dari Zona Euro. Bank Sentral Eropa (ECB) juga berniat membeli kembali obligasi guna menekan angka deflasi.
Dua faktor ini kemudian berimbas negatif pada pergerakan harga komoditas dunia, terutama minyak bumi. Koreksi minyak yang terus terjadi hingga ke bawah
US$ 60 per barel tentu saja berpotensi menekan harga gas alam sebagai komoditas substitusi.
"Saat harga minyak turun ke bawah US$ 60, pembeli tentunya lebih memilih menggunakan minyak ketimbang gas alam," terang Ibrahim. Dengan kondisi tersebut, ia memprediksi, penguatan harga gas alam akan tertahan hingga akhir Januari ini.
Dari sisi teknikal, indikator bollinger band sudah berada 70% di atas garis bawah bollinger. Sementara moving average (MA) 60% di atas garis bawah bollinger. Indikator moving average convergence-divergence (MACD) menunjukkan 60% di atas garis bawah bollinger.
Pun demikian dengan stochastic yang berada di posisi 55% positif. Namun, indikator relative strength index (RSI) masih menunjukkan wait and see karena menunggu rilis data stok gas alam AS.
Untuk itu, Ibrahim memprediksikan, sepekan ke depan, harga gas alam akan menguat terbatas di rentang US$ 3,10-US$ 3,16 per mmbtu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News