Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mulai memetik hasil dari ekspansi maupun akuisisi. Aksi ini bakal mendongkrak volume penjualan semen INTP sekaligus meningkatkan efisiensi logistik.
Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya membeberkan sepanjang tahun 2023 INTP mencetak volume penjualan keseluruhan (semen dan clinker) sebesar 19,3 juta ton. Meningkat 1,75 juta ton atau tumbuh sekitar 10% dibandingkan tahun sebelumnya.
Capian tersebut termasuk volume setahun penuh dari operasi Maros, ditambah volume satu bulan dari operasi Grobogan. Total pangsa pasar semen domestik INTP pun terkerek naik dari sekitar 26% menjadi 27,3% pada tahun 2023.
Sekadar mengingatkan, pada September 2022 INTP memulai perjanjian sewa dengan PT Semen Bosowa Maros. Meliputi unit penggilingan di Jawa Timur, pabrik semen terintegrasi di Maros, dan terminal di Sulawesi dan Lombok. Sedangkan pada 1 Desember 2023 INTP telah mengakuisisi PT Semen Grobogan.
Baca Juga: GOTO dan BUKA Merugi, Simak Prospek Kinerja Emiten E-Commerce
"Kami telah mengonsolidasikan sewa-menyewa aset dengan semen Bosowa Maros. Jika di tahun 2022 baru masuk tiga bulan, pada 2023 sudah masuk 12 bulan. Kemudian masuk satu bulan di Desember 2023 dari akuisisi Semen Grobogan," terang Christian dalam konferensi pers, Senin (25/3).
Dari total volume penjualan semen INTP 19,3 juta ton pada 2023, sebanyak 18,7 juta ton terserap untuk pasar domestik. Sedangkan pasar ekspor berkontribusi 579.000 ton. Penjualan ke pasar domestik dan ekspor masing-masing tumbuh 8,6% dan 89% secara tahunan.
Di pasar ekspor, penjualan terbesar terutama untuk produk clinker ditujukan pada tiga negara. Yakni Bangladesh, Australia dan Brunei Darussalam. Di pasar domestik, Christian mengungkapkan ada pertumbuhan permintaan yang pesat dari Kalimantan dan Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Maluku dan Nusan Tenggara.
Pendorong utama pertumbuhan wilayah tersebut datang dari proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) serta proyek pembangunan smelter atau hilirisasi tambang.
"Namun pertumbuhan itu datang dari low based (perbandingan dari posisi sebelumnya yang lebih kecil). Sedangkan secara volume pulau Jawa masih paling besar," imbuh Christian.
Secara industri, kondisi semen nasional masih dalam kondisi kelebihan pasokan (oversupply). Namun Chrisrian memperkirakan kuatnya permintaan semen curah akan berlanjut di tahun ini, seiring percepatan pembangunan IKN. Sementara peningkatan konsumsi semen kantong di pasar properti residensial akan terdorong oleh insentif PPN dari pemerintah.
Permintaan dari sektor properti maupun proyek pembangunan dan infrastruktur memegang peranan penting bagi pertumbuhan industri semen. Pasalnya 71% penjualan semen nasional berada dalam produk semen kantong dan 29% dari semen curah.
Dengan mempertimbangkan kondisi makro ekonomi pasca Pemilu & Pilpres serta potensi penurunan suku bunga di semester kedua, INTP memprediksi permintaan semen nasional tahun ini akan tumbuh sekitar 2% - 3%. Sementara bagi INTP sendiri, Christian menargetkan volume penjualan pada tahun ini bisa tumbuh antara 9% - 10% atau naik sekitar 1,7 juta ton - 1,8 juta ton.
Baca Juga: Bukukan Kinerja Positif, Simak Rekomendasi Saham AMRT dan MIDI
Setelah pada tahun lalu memetik hasil dari sewa-menyewa aset dengan Bosowa Maros, pada tahun ini INTP siap memanen hasil akuisisi Semen Grobogan. Christian bilang, akuisisi Semen Grobogan bakal memperkuat posisi INTP di pasar Jawa Tengah dengan tambahan pasokan sekitar 1,5 juta ton.
Akuisisi Semen Grobogan juga memberikan keuntungan bagi INTP dari sisi efisiensi logistik. Lantaran pasar Jawa Tengah tidak tergantung lagi dari pasokan dari pabrik di Jawa Barat, yakni Citeureup Bogor dan Cirebon.
Selain itu, INTP juga telah membangun Terminal Samarinda dengan empat silo masing-masing berkapasitas 2.500 ton. Tambahan aset ini memungkinkan INTP untuk memasok hingga 10.000 ton semen curah per bulan untuk proyek IKN.
Selain IKN, INTP juga menyasar proyek smelter dan pembangkit listrik tenaga air di Kalimantan Utara.
"Perluasan wilayah ini mendukung peta jalan jangka panjang Indocement, memungkinkan distribusi produk menjadi lebih kuat dan dapat diandalkan bagi pelanggan," ungkap Christian.
Guna menunjang operasional dan strategi bisnisnya di tahun ini, INTP mengalokasikan belanja modal (capex) senilai Rp 1,5 triliun. Sebagai perbandingan, pada tahun lalu INTP menyerap capex sekitar Rp 2,5 triliun. Angka ini termasuk Rp 1,5 triliun untuk mengakuisisi Semen Grobogan, sedangkan Rp 1 triliun dipakai untuk keperluan operasional.