kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Mulai naik, harga minyak masih dalam tekanan turun


Jumat, 02 Agustus 2019 / 17:33 WIB
Mulai naik, harga minyak masih dalam tekanan turun


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pada harga minyak diperkirakan masih akan berlanjut, sebelum ada kepastian dari negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Sehingga, untuk bisa masuk ke komoditas minyak investor perlu mempertimbangkan beberapa hal.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak merangkak naik meski masih belum kembali ke level hari Rabu lalu. Jumat (2/8) pukul 17.19 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange naik 2,17% ke US$ 55,12 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI turun 1,92%.

Baca Juga: Simak pandangan Kemenkeu terkait kebijakan The Fed ke depan

Harga minyak brent untuk pengiriman Oktober 2019 di ICE Futures berada di US$ 62,01 per barel, menguat 2,50% dari hari sebelumnya. Tapi dalam sepekan harga minyak brent masih turun 2,15%.

Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, sentimen yang sukses membuat harga minyak tertekan datang dari langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang memangkas suku bunga acuannya di akhir Juli 2019. Meskipun sudah diprediksi oleh pasar, sikap hawkish yang ditunjukkan Gubernur The Fed Jerome Powell justru menjadi sentimen negatif bagi harga minyak.

"Ke depan, sentimen yang mungkin menekan harga minyak adalah pemangkasan suku bunga lanjutan dari The Fed di semester akhir yang bisa 1-2 kali lagi sebelum penutupan tahun," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8).

Baca Juga: Sempat anjlok kemarin, harga minyak kembali bangkit di awal perdagangan hari ini

Selain itu, Sutopo menilai penurunan lanjutan yang terjadi kemarin (1/8) juga adalah imbas dari rencana penetapan tarif baru 10% dari Presiden AS Donald Trump terhadap seluruh sisa barang impor dari China senilai US$ 300 miliar. Di sisi lain, kondisi geopolitik global juga semakin tidak pasti.

"Selalu ada kemungkinan-kemungkinan yang tidak terduga karena tidak diagendakan, seperti kejadian-kejadian kemarin. Selalu ada perkembangan baru berupa breaking news dadakan," jelasnya.

Baca Juga: Ini cuitan perang dagang Trump yang picu reaksi negatif pasar finansial global

Dengan begitu, dia menekankan bahwa ke depan sentimen-sentimen yang perlu diwaspadai bagi pergerakan harga minyak yakni perkembangan soal geopolitik dan sentimen perang dagang AS dan China.

Secara teknikal, harga minyak masih berada dalam area di atas 50 menuju 60, didukung kondisi fundamental. Apalagi, negara-negara pengekspor minyak seperti OPEC masih membatasi produksinya demi menjaga stabilitas harga minyak di pasar global.

Baca Juga: Emiten CPO masih bukukan penurunan laba, analis merekomendasikan wait and see

Untuk indikator RSI saat ini berada di bawah sentimen negatif, namun masih tertahan di level support US$ 54,27 per barel, dengan kemungkinan support lanjutan di US$ 50,58 per barel. Sedangkan indikator stochastic belum menunjukkan sinyal oversold, sehingga masih ada kemungkinan penurunan, meskipun terbatas.

Adapun untuk indikator MACD masih di bawah level 0, ini mengindikasikan adanya sentimen negatif namun dalam bentuk tampilan histogram yang tipis. Hal ini, sekaligus menandakan penurunan hanya sebagai koreksi dari kenaikan sebelumnya.

Sedangkan untuk moving average (MA) 20, MA50 dan MA200, Sutopo menjelaskan bahwa harga masih berada di bawah timeframe daily tersebut. Sehingga, investor dianjurkan untuk bisa melakukan buy saat harga berada di bawah US$ 50 per barel, sedangkan saat harga mendekati level US$ 65 per barel bisa mengambil posisi short atau jual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×