Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pada harga minyak diperkirakan masih akan berlanjut, sebelum ada kepastian dari negosiasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Sehingga, untuk bisa masuk ke komoditas minyak investor perlu mempertimbangkan beberapa hal.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak merangkak naik meski masih belum kembali ke level hari Rabu lalu. Jumat (2/8) pukul 17.19 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman September 2019 di New York Mercantile Exchange naik 2,17% ke US$ 55,12 per barel. Dalam sepekan, harga minyak WTI turun 1,92%.
Baca Juga: Simak pandangan Kemenkeu terkait kebijakan The Fed ke depan
Harga minyak brent untuk pengiriman Oktober 2019 di ICE Futures berada di US$ 62,01 per barel, menguat 2,50% dari hari sebelumnya. Tapi dalam sepekan harga minyak brent masih turun 2,15%.
Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, sentimen yang sukses membuat harga minyak tertekan datang dari langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang memangkas suku bunga acuannya di akhir Juli 2019. Meskipun sudah diprediksi oleh pasar, sikap hawkish yang ditunjukkan Gubernur The Fed Jerome Powell justru menjadi sentimen negatif bagi harga minyak.
"Ke depan, sentimen yang mungkin menekan harga minyak adalah pemangkasan suku bunga lanjutan dari The Fed di semester akhir yang bisa 1-2 kali lagi sebelum penutupan tahun," kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Baca Juga: Sempat anjlok kemarin, harga minyak kembali bangkit di awal perdagangan hari ini