kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.249   -49,00   -0,30%
  • IDX 7.070   4,24   0,06%
  • KOMPAS100 1.057   1,04   0,10%
  • LQ45 829   -1,69   -0,20%
  • ISSI 215   0,70   0,33%
  • IDX30 423   -0,88   -0,21%
  • IDXHIDIV20 513   0,07   0,01%
  • IDX80 120   -0,02   -0,02%
  • IDXV30 125   0,88   0,71%
  • IDXQ30 142   0,02   0,02%

Moody's: PGAS hadapi tantangan bisnis dan ketidakpastian reorganisasi


Kamis, 03 Mei 2018 / 19:36 WIB
Moody's: PGAS hadapi tantangan bisnis dan ketidakpastian reorganisasi
ILUSTRASI. RUPS Perusahaan Gas Negara


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Moody's Investors Service menyatakan margin distribusi gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) akan tetap lemah dalam satu hingga dua tahun mendatang. Perusahaan berkode saham PGAS ini konsisten dengan tren penurunan yang ditunjukkan dalam beberapa tahun terakhir.

Prediksi Moody's ini didasarkan pada perkiraan akan adanya penurunan permintaan gas dari sektor pembangkit listrik dan berkurangnya kemampuan PGN untuk menetapkan harga gas karena peraturan baru.

Wakil Presiden dan analis Senior Moody's Abhishek Tyagi mengemukakan, perubahan kepemilikan PGN dari Pemerintah Indonesia kepada Pertamina, tidak akan mengubah kepentingan strategis PGN ke Indonesia. Dengan demikian, dukungan pemerintah kemungkinan akan berlanjut. "Integrasi masih sedang dirancang dan pengaruhnya terhadap metrik keuangan PGN masih belum pasti," kata Tyagi dalam keterangan tertulis, Kamis (3/5).

Laporan Moody's menjelaskan bahwa volume transmisi dan distribusi gas PGN telah turun selama empat tahun terakhi,r karena pergeseran ke arah batubara untuk pembangkit listrik dan melemahnya permintaan dari pengguna industri. Situasi ini telah melemahkan kemampuan PGN untuk menurunkan biaya pembelian gas.

PGN juga dihadapkan pada risiko pelanggannya tidak memperbarui perjanjian penjualan gas, yang biasanya bersifat jangka pendek dengan ketentuan untuk pembaruan otomatis. Sebaliknya, perjanjian pembelian gas PGN pada umumnya merupakan kontrak take-or-pay jangka panjang yang berlangsung 5-17 tahun; dengan demikian mengekspos PGN pada ketidaksesuaian antara tenor dan ketentuan kontrak penjualan dan pasokan, terutama ketika permintaan sedang menurun.

Di bawah peraturan baru yang diberlakukan pada Desember 2017, harga gas untuk distribusi ke sektor listrik dan industri lainnya akan ditentukan oleh pemerintah di masa depan, ini akan membatasi penghasilan PGN. Skenario seperti itu menjadi kredit negatif, mengingat bahwa PGN sebelumnya diizinkan untuk memperbaiki harga gas untuk pelanggan tersebut.

"Dampak keuangan dari perubahan peraturan terkait harga ini kemungkinan akan menjadi lebih jelas setelah pemerintah merilis tarif pesanan pertama," papar Tyagi.

Moody's menunjukkan bahwa integrasi PGN dan Pertamina Gas (Pertagas) merupakan bagian dari reorganisasi setelah pengalihan saham pemerintah di PGN ke PT Pertamina (Persero).

Sebelum reorganisasi, baik PGN dan Pertagas menunjukkan profil keuangan yang sangat mirip dan sejumlah opsi sedang dipertimbangkan untuk integrasi, termasuk merger dan akuisisi Pertagas oleh PGN. Karena opsi ini masih terbuka, ada beberapa ketidakpastian atas struktur entitas gabungan.

Meskipun dampak keuangan yang pasti pada PGN tidak akan diketahui hingga rincian integrasi diputuskan, saldo arus kas/tingkat utang PGN akan tetap di atas tingkat toleransi 9%-12% untuk kategori peringkat Baa2 perusahaan selama tiga tahun berikutnya. Dengan demikian, PGN akan memiliki beberapa ruang gerak terkait peringkat untuk mengakuisisi Pertagas, tergantung pada struktur pendanaan akhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×