kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Moody's menetapkan peringkat B2 untuk Agung Podomoro (APLN) beserta surat utangnya


Senin, 30 September 2019 / 20:06 WIB
Moody's menetapkan peringkat B2 untuk Agung Podomoro (APLN) beserta surat utangnya
ILUSTRASI. Pembangunan Podomoro Golf View


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's menetapkan peringkat korporasi B2 pada PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), termasuk juga surat utang jangka panjang yang diterbitkan olah perusahaan properti tersebut.

"Semua outlook di peringkat tersebut adalah negatif," tulis Vice President dan Senior Credit Officer Jacintha Poh, Senin (30/9).

Pada 26 September 2019, APLN mengumumkan telah menerima uang sebesar Rp 800 miliar dari pemegang saham pengendali Trihatma Kusuma Haliman. Dana tersebut nantinya akan dikonversi ke ekuitas setelah mendapatkan persetujuan dalam RUPSLB November 2019.

Baca Juga: Percepat Pelunasan Utang, Agung Podomoro Land (APLN) Peroleh Fasilitas Utang Baru

Di saat yang sama, APLN telah menandatangani fasilitas perjanjian fasilitas pinjaman jangka panjang senilai US$ 127 juta dengan Credit Opportunities II Pte. Limited dan dikelola oleh SSG Capital Management dengan tenor 18 bulan. Utang tersebut menggunakan Central Park Mall sebagai jaminan.

Perusahaan akan menggunakan dana yang terkumpul tersebut untuk membayar fasilitas sindikasi Rp 1,18 triliun yang jatuh tempo 30 September 2019, obligasi senilai Rp 451 miliar yang jatuh tempo 19 Desember 2019, obligasi senilai Rp 99 miliar yang jatuh tempo 25 Maret 2020, dan fasilitas sindikasi Rp 750 miliar yang jatuh tempo 24 Mei 2021.

"Penilaian B2 CFR mencerminkan bahwa perusahaan telah dapat mengatur dana untuk memenuhi persyaratan refinancing yang signifikan selama enam bulan ke depan," kata Jacintha Poh.

Sementara itu, prospek negatif mencerminkan ekspektasi Moody's bahwa likuiditas APLN akan melemah selama satu hingga satu setengah tahun ke depan. Serta, perusahaan akan menghadapi risiko pembiayaan kembali karena fasilitas pinjaman baru akan jatuh tempo pada Maret 2021.

Baca Juga: Percepat bayar obligasi dan lunasi pinjaman, APLN dapat kredit baru US$ 127 juta

B2 CFR juga mencerminkan posisi perusahaan dan portofolio properti yang mapan karena adanya pendapatan berulang yang sehat. Dalam satu tahun ke depan, yang berakhir pada 30 Juni 2019, pendapatan berulang perusahaan menyumbang 33% dari total pendapatan atau sekitar Rp 1,5 triliun. Moody's memperkirakan arus kas berulang dapat mencakup sekitar 0,8 kali beban bunga.

Selama 12-18 bulan ke depan, Moody's mengharapkan pendapatan berulang perusahaan tumbuh sekitar 10%. Sebagian didorong oleh pembukaan mal ritel baru  di Medan dan hotel di Bandung. Moody's juga memperkirakan arus kas mereka tetap dapat mencakup beban bunga sekitar 0,8 kali.

Dalam delapan bulan pertama tahun 2019, APLN mencapai marketing sales sekitar Rp 1,3 triliun penjualan inti pemasaran, setara dengan 43% dari target setahun penuh Rp 3,2 triliun.

Terlepas dari kenaikan yang baik pada bulan Juli dan Agustus, Moody's memperkirakan perusahaan hanya akan mencapai marketing sales Rp 2 triliun pada tahun 2019. Akibatnya, metrik kredit APLN akan tetap lemah, dengan EBITDA yang disesuaikan sekitar 5,0 kali dan EBIT di bawah 2,0 kali.

APLN berencana untuk menjual salah satu properti investasinya pada paruh kedua 2019 dan menggunakan sebagian dari hasil untuk mengurangi utang, pada gilirannya mendukung peningkatan dalam likuiditas dan metrik kredit. Namun, penjualan dapat mengalami keterlambatan.

Baca Juga: Per Agustus 2019, Agung Podomoro Land (APLN) catat marketing sales Rp 1,32 triliun

Dalam hal faktor lingkungan, sosial dan tata kelola (LST), Moody's menganggap lemah manajemen keuangan APLN. Kepemilikan perusahaan juga terkonsentrasi pada pendiri dan keluarganya, tetapi risiko ini sebagian dimitigasi oleh pengawasan yang dilakukan melalui dewan direksi independen.

Selain itu, pendiri telah menunjukkan dukungan bagi perusahaan dengan menyuntikkan dana pada saat tertekan.

Prospek dapat kembali ke stabil jika perusahaan, pertama, meningkatkan likuiditas sehingga saldo kas dan fasilitas yang berkomitmen memadai untuk memenuhi kebutuhan kas operasional dan pembayaran utang selama 12-18 bulan ke depan.

Kedua, berhasil menjalankan rencana bisnisnya, yang mengarah pada peningkatan yang berkelanjutan dalam metrik kreditnya, dengan EBITDA utang di bawah 5 kali dan EBIT di atas 2 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×