Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Pandhu melihat, secara prospek, emiten produsen batubara akan menemui banyak tantangan di tahun 2023 jika dibandingkan dengan tahun lalu, termasuk untuk IATA.
Hal itu dikarenakan harga batubara yang mulai terkoreksi, sehingga akan sulit untuk mempertahankan profit margin seperti tahun lalu.
“Penurunan harga jual batubara sebenarnya dapat tertolong jika perseroan mampu menggenjot produksi, sehingga secara total penjualan masih dapat bertumbuh,” ungkapnya.
Baca Juga: Kinerja Melesat, Bisnis MNC Energy Investments (IATA) Tergantung Prospek Batu Bara
Dengan outlook jangka panjang yang relatif tidak terlalu cerah untuk sektor batubara, Pandhu sementara ini tidak merekomendasi sektor saham emiten batubara untuk investasi.
Pandhu merekomendasikan Reduce untuk IATA dengan target harga Rp 70 per saham di tahun 2023. “Saham di sektor ini mungkin sifatnya cenderung untuk trading jangka pendek saja, termasuk untuk IATA,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News