Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bisnis PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) masih prospektif. Meski tak agresif berekspansi, MIKA punya cara lain mendorong kinerjanya, yakni dengan cara meningkatkan utilisasi rumahsakit yang ada.
Analis Kresna Securities Adrian M Priyatna mengatakan, MIKA berupaya tumbuh secara defensif atau pelan tapi pasti. Menurutnya, MIKA membangun fundamental yang kuat terlebih dahulu, baik dari volume pasien maupun total penjualan, sebelum berekspansi.
"Walau sebenarnya perusahaan mampu ekspansi secara agresif," katanya pada KONTAN, Kamis (1/12).
Operator RS Mitra keluarga ini lebih fokus mengejar pasar di tempat yang lebih padat penduduk, seperti di Jabodetabek dan Surabaya. Selain itu, MIKA juga mempertimbangkan ketersediaan tenaga medis di lokasi itu.
Hingga saat ini, menurut Adrian, MIKA masih membukukan kinerja terbaik dari perusahaan rumahsakit yang tercatat di bursa. Margin laba bersih MIKA mencapai 27,8%. Sementara ROA mencapai 16,5% dan ROE 19,5%, dengan pertumbuhan yang konsisten.
Menurut analis BCA Sekuritas Jennifer F. Yapply, bila dibandingkan dengan emiten sejenis, margin MIKA termasuk tebal. Hal ini akan membuat MIKA bebas utang. "Dengan rencana ekspansi yang moderat, kami mengharapkan MIKA tidak dibebani tambahan utang," kata dia.
Menurut Jennifer, dengan membidik daerah pemukiman, margin MIKA akan makin tebal. Proyeksinya, di 2016 dan 2017, margin laba kotor MIKA bisa tumbuh masing-masing jadi 47,6% dan 48,3% dari 45,4% pada tahun 2015.
Adapun pertumbuhan pendapatan tahun depan diprediksi mencapai 16%. Permintaan meningkat Jennifer menyatakan, permintaan pelayanan kesehatan di Indonesia akan tumbuh di masa mendatang.
Hal tersebut didukung pertumbuhan populasi serta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Hingga pertengahan Oktober 2016, sebanyak 169,60 juta orang dari 257,60 juta penduduk Indonesia telah diasuransikan di JKN.
"Jumlah peserta berpotensi terus tumbuh ke depannya," kata Jennifer.
Analis CIMB Securities Erindra Krisnawan mengatakan, MIKA juga menargetkan menambah 10 rumahsakit baru khusus melayani pasien BPJS. Rumahsakit BPJS ini akan menggunakan merek berbeda (secondary brand).
Pembangunan rumahsakit secondary brand ini akan menyerap belanja modal (capex) lebih sedikit, yaitu seperempat dari pembangunan rumahsakit reguler milik MIKA.
Menurut Erindra, bisnis rumahsakit pada 2017 masih oke, didukung dana belanja negara bidang kesehatan Rp 103,5 triliun. Terlebih, ada koordinasi manfaat alias coordination of benefit (CoB) antara BPJS dan asuransi swasta.
Erindra mencatat, selama sembilan bulan 2016, MIKA meraih pertumbuhan pasien rawat inap dan rawat jalan masing-masing 18% dan 7% year on year. Tahun 2017, volume pasien rawat inap dan rawat jalan diprediksi naik masing-masing 8% dan 10%.
Adrian merekomendasikan buy saham MIKA dengan target Rp 4.110 per saham. Jennifer dan Erindra merekomendasikan buy saham MIKA dengan target masing-masing Rp 3.250 per saham dan Rp 3.170 per saham.
Kemarin (1/12), harga saham MIKA ditutup di Rp 2.520 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News