Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Beban harga minyak mentah WTI belum berakhir. Kini bahkan harga menembus level support kuat di US$ 53,00 per barel.
Mengutip Bloomberg, Senin (6/3) pukul 13.54 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2017 di New York Mercantile Exchange merosot 0,73% ke level US$ 52,95 per barel dibanding hari sebelumnya.
Kenaikan jumlah rig aktif pengeboran minyak mentah di AS kembali jadi katalis yang menyeret turun harga minyak WTI. Dilaporkan Baker Hughes Inc, pekan lalu rig pengeboran minyak mentah AS kembali naik 7 unit menjadi 609 unit atau tertinggi sejak Oktober 2015 silam.
“Pemangkasan produksi OPEC gagal menolong kenaikan harga akibat produksi dari AS yang terus membanjir. Tarik menarik sentimen ini akan membuat harga minyak WTI terus bergerak dalam rentang US$ 50 – US$ 57 per barel,” ujar David Lennox, Resources Analyst Fat Prophet seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (6/3).
Meski demikian, harga minyak WTI masih memiliki kans naik lagi. Hal ini datang setelah pengiriman minyak mentah dari pelabuhan Es Sider dan Ras Lanuf yang keduanya merupakan pelabuhan pengiriman terbesar di Libya yang tertahan. Penahanan proses pengiriman ini akan berlangsung hingga tingkat keamanan ditingkatkan dan para pekerja sudah mulai kembali bekerja.
Hal ini terjadi setelah serangan kelompok militan, The Benghazi Defense Brigades ke pelabuhan tersebut. Pada saat yang bersamaan dilaporkan produksi minyak Libya Februari 2017 lalu turun dari 700.000 barel per hari menjadi 650.000 barel per hari.
Katalis ini menjadi alasan tambahan yang mendukung harapan positif pada pergerakan harga minyak WTI ke depannya pasca sentimen dari pertambahan rig di AS mereda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News