Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak mentah dunia masih bertahan di atas US$ 53 per barel setelah Amerika Serikat (AS) menggenjot produksinya. Kesepakatan OPEC menjaga harga minyak dari kejatuhan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (2/3) pukul 19.11 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2017 tergerus 0,74% ke level US$ 53,43 per barel dibanding sehari sebelumnya.
Analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy mengatakan, data cadangan minyak Amerika Serikat (AS) membawa sentimen negatif bagi pergerakan harga.
Energy Information Administration (EIA) merilis stok minyak AS pekan lalu naik 1,5 juta barel atau lebih tinggi dari kenaikan pekan sebelumnya sebesar 600.000 barel. Kenaikan harga minyak di atas US$ 50 per barel telah mendorong produsen AS menggenjot produksinya.
Data Baker Hughes Inc menunjukkan rig pengeboran minyak AS naik ke level 602 pekan lalu, atau tertinggi sejak Oktober 2015. Produksi meningkat ke level 9,03 juta barel per hari atau tertinggi sejak Maret 2016. Meski demikian, harga minyak masih bertahan di atas US$ 53 per barel. "Penambahan cadangan minyak AS hanya menghambat kenaikan harga, tetapi tidak menjatuhkan," kata Nizar.
Harga minyak tidak turun signifikan lantaran produsen minyak yang tergabung dalam OPEC tetap mematuhi kesepakatan pemangkasan produksi. OPEC dan mitra non anggota telah mengikuti kesepakatan yang dimulai sejak awal tahun ini.
Total pemangkasan produksi kini telah mencapai 86% dari target. Tingkat kepatuhan 10 anggota OPEC yang berjanji mengurangi produksi mencapai 89% pada bulan Februari.
Menurut OPEC, kekenyangan pasokan global yang menekan harga sejak tahun 2014 akan mulai berakhir pada kuartal ketiga tahun ini. Sementara menurut Citigroup Inc., anggota OPEC kemungkinan harus tetap menjaga produksi di level rendah meski kesepakatan berakhir di bulan Juni.
Selama tingkat kepatuhan OPEC terhadap pembatasan produksi terus bertahan, Nizar optimistis minyak masih mampu melanjutkan kenaikan. Ia memperkirakan laju minyak hingga akhir bulan ini masih bisa bergerak pada rentang US$ 52 - US$ 56 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News