kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Minyak WTI masih naik meski dibayangi stok AS


Senin, 27 Februari 2017 / 15:51 WIB
Minyak WTI masih naik meski dibayangi stok AS


Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga minyak mentah WTI masih lanjutkan kenaikannya meski terus dibayangi lonjakan pasokan dari Amerika Serikat.

Mengutip Bloomberg, Senin (27/2) pukul 15.03 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2017 di New York Mercantile Exchange melambung 0,81% ke level US$ 54,43 per barel dibanding hari sebelumnya.

Kenaikan ini terjadi karena Uni Emirat Arab terus berupaya untuk memastikan pemangkasan produksi yang dilakukan OPEC bisa berjalan maksimal. Sementara di sisi lain, Citigroup Inc memandang OPEC perlu memangkas produksinya lebih banyak dari target yang dipatok hingga pertengahan tahun 2017 mendatang.

Dengan tujuan untuk mengikis pasokan global yang dikhawatirkan masih akan membanjir. Ini berkaca dari terus menanjaknya produksi minyak mentah AS.

Baker Hughes Inc mencatatkan rig aktif pengeboran minyak AS naik 5 unit menjadi 602 unit pekan lalu. Artinya sejak awal tahun 2017 sudah terjadi kenaikan sebanyak 77 unit atau sudah naik sebanyak 286 unit sejak level terendahnya yang dicapai Mei 2016 lalu.

“Produsen AS belum akan memangkas produksinya dalam titik ini. Selama kenaikan produksi terus terjadi di AS maka faktor itu akan tetap menjadi katalis utama yang menghalangi laju positif harga minyak WTI akibat sentimen dari OPEC,” ujar Will Yun, Commodities Analyst Hyundai Futures Corp seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (27/2).

Memang katalis dari AS cukup serius mengingat produksi minyak mentah AS saat ini berada di level tertingginya sejak April 2016 lalu. Yang mana stok nasional sudah bertambah sekitar 40 juta barel sejak awal 2016 lalu. Tentunya hal tersebut akan terus menekan pergerakan harga minyak dan menghalangi harga menembus level US$ 50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×