Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Pada transaksi perdagangan Jumat (24/2), harga minyak AS kembali tertekan. Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, pada pukul 08.30 waktu Singapura, harga minyak jenis West Texas Intermediate tercatat turun 13 sen atau 0,2% menjadi US$ 54,32 per barel. Padahal, pada sesi sebelumnya, harga minyak WTI ditutup naik 86 sen.
Sedangkan harga minyak Brent diperdagangkan turun 13 sen atau 0,2% menjadi US$ 56,45 per barel.
Harga minyak tertekan setelah data yang dirilis pemerintah AS menunjukkan adanya kenaikan pada cadangan minyak pada pekan lalu. Dengan demikian, lompatan pada cadangan minyak sudah berlangsung selama tujuh pekan berturut-turut.
Sekadar informasi saja, berdasarkan data Energy Information Administration, pada pekan yang berakhir 17 Februari, jumlah cadangan minyak AS melonjak sebesar 564.000 barel. Jumlah itu lebih besar dari ekspektasi analis yang memprediksi kenaikan sebesar 3,5 juta barel.
Di sisi lain, Organization of the Petroleum Exporting Countries dan produsen minyak lain -termasuk Rusia- bersedia untuk memangkas produksi minyak sekitar 1,8 juta barel per hari untuk mengatasi melimpahnya cadangan minyak global yang sudah menekan harga minyak dunia sejak 2014 lalu.
"Harga minyak saat ini belum dapat dikatakan stabil baik bagi OPEC maupun industri. Oleh sebab itu, cadangan minyak harus turun yang kami prediksi akan terjadi pada musim semi," jelas AB Bernstein, dalam catatannya yang dirilis hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News