Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Laporan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) kembali menghadang pergerakan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI). Stok minyak di negeri Paman Sam yang diperkirakan akan kembali bertambah ternyata membuat harga mengalami koreksi.
Selama produksi minyak AS selalu mengalami peningkatan harga minyak akan sulit bangkit ke level yang lebih tinggi.
Mengutip Bloomberg, Rabu (8/3) pukul 15.57 wib harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2017 di New York Mercantile Exchange tercatat melemah 0,87% ke level 52,68 per barel dibanding sehari sebelumnya. Sedangkan jika melihat selama sepekan terakhir harganya sudah terkoreksi 2,14%.
Suluh Adil Wicaksono, analis PT Cerdas Indonesia Berjangka mengatakan pelemahan kali ini memang lagi-lagi disebabkan karena proyeksi cadangan minyak mentah AS yang kembali diperkirakan akan bertambah.
Dalam keterangan pers yang akan disampaikan Rabu (8/3) malam, selama periode 24 Februari – 3 Maret 2017 American Petroleum Institute (API) memperkirakan peningkatannya mencapai 1,66 juta barel. Hasil tersebut lebih tinggi dari pekan sebelumnya yang hanya bertambah 1,5 juta barel saja.
Bahkan data cadangan minyak AS ini berhasil mengalahkan sentimen positif dari peningkatan permintaan minyak China. Impor minyak mentah China bulan Februari naik menjadi 8,32 juta barel per hari.
Administrasi Umum Bea Cukai Beijing mengatakan bulan Januari - Februari impor minyak mentah meningkat 12,5% ke level 65,8 juta ton. “Harusnya peningkatan permintaan bisa melambungkan harga tetapi kenyataannya pengaruh rilis cadangan minyak AS lebih dominan,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (8/3).
Menurutnya sekarang ini sedang terjadi tarik menarik sentimen antara produksi minyak AS yang terus bertambah dengan pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC dan beberapa negara penghasil minyak lainnya.
Selama kondisi berlangsung minyak mentah WTI sulit untuk kembali menembus level US$ 55 per barel. Kemungkinan sampai akhir Maret, rentang pergerakannya hanya akan berada di kisaran US$ 50 – US$ 55 per barel saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News