Reporter: Widiyanto Purnomo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Setelah pekan lalu berhasil menembus level harga tertinggi tahun ini, harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) kembali tertekan. Ancaman gangguan cuaca El Nino yang berpotensi mengganggu produksi CPO, diragukan dapat mengangkat harga komoditas ini.
Mengacu data Bloomberg, Jumat (12/6) pukul 15.14 WIB, harga CPO kontrak pengiriman bulan Agustus 2015 di bursa Malaysia Derivate Exchange turun 1,40% dibandingkan hari sebelumnya menjadi RM 2.260 per metrik ton. Selama sepekan harga anjlok 3,46%.
Deddy Yusuf Siregar, analis Fortis Asia Futures, menilai bahwa koreksi harga ini akibat stok CPO di Malaysia sedang membludak. Merujuk data Malaysia Palm Oil Board (MPOB), stok CPO pada bulan Mei membengkak menjadi 2,24 juta ton atau tertinggi sejak November 2014. Kondisi ini diperparah dengan pelemahan harga minyak kedelai, yang merupakan komoditas substitusi CPO.
Harga minyak kedelai pada Jumat (12/6) pukul di Chicago Board of Trade (CBOT ) turun 0,42% menjadi 33,15 per pound. "Jika harga CPO masih sulit menembus level RM 2.350–RM 2.400 dapat dipastikan harga CPO akan melemah kembali," kata Deddy.
Padahal data Intertek memperlihatkan, ekspor CPO Malaysia periode 1-10 Juni 2015 tumbuh 2,25% menjadi 468.975 metrik ton. "Data ini belum mampu membawa harga CPO untuk lepas tinggi," imbuh Deddy.
Ancaman El Nino
Sementara itu, cuaca ekstrem El Nino diperkirakan akan melanda negara-negara Asia Tenggara, yang menjadi produsen minyak sawit terbesar hingga akhir tahun 2015. Namun Ariana Nur Akbar, analis PT Monex Investindo Futures, menilai, ancaman El Nino tidak semata-mata dapat mengangkat harga CPO. Sebab, jika stok CPO menyusut, permintaan pasar akan beralih ke minyak kedelai.
"Jika minyak kedelai ikut langka, barulah harga CPO terangkat meski harganya lebih tinggi," imbuh Ariana.
Menurut Deddy, El Nino akan berkontribusi besar terhadap penguatan harga minyak sawit. Sayang, prediksi lesunya permintaan Global dapat menjegal penguatan harga minyak sawit. Ini tercermin dari rilis Bank Dunia yang memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dari semula 3,0% menjadi 2,8%. Apalagi, perekonomian China sebagai salah satu negara konsumen terbesar CPO juga melambat.
Indikator teknikal juga bergerak seimbang dan memberi sinyal harga akan cenderung berkonsolidasi.
Deddy memaparkan harga berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100, dan 200. Lalu, moving average convergence divergence (MACD) berada dalam area positif 34. Sementara indikator relative strength index (RSI) berada di level 51 dan stochastic di level 42. Keduanya sama-sama bergerak turun dari teritori jenuh beli (overbought).
Sampai akhir tahun ini, Deddy memperkirakan harga minyak sawit akan terus berkonsolidasi dengan kecenderungan turun. Prediksinya, harga CPO akan bergerak di support RM 1.980 dan resistance RM 2.250 per metrik ton sampai akhir tahun 2015. Untuk Senin (15/6), perkiraannya harga di kisaran RM 2.225–RM 2200 per metrik ton dan sepekan di RM 2.245–RM 2.166 per metrik ton. Sementara prediksi Ariana, harga CPO sepekan akan bergerak di kisaran RM 2.280–RM 2.320 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News