Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Minyak sawit atau crude palm oil (CPO) menguat seiring tertundanya penanaman kedelai di Amerika Serikat dalam setahun terakhir akibat musim basah. Kondisi ini mendorong naiknya harga kedelai, yang berimbas meningkatnya daya tarik produk alternatif, seperti minyak sawit.
Kontrak CPO untuk pengiriman Agustus di Malaysia Derivatives Exchange naik 0,4% ke level RM 3.407 atau setara US$ 1.133 per metrik ton, dan bergerak ke RM 3.389 per metrik ton, pada pukul 11.39 di Kuala Lumpur.
Kemarin, Departemen Pertanian AS menyebut, penanaman kedelai AS mencapai 51% pada 29 Mei, dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 71%. Rata-rata pada periode ini, sejak 2006 sampai 2010, penanaman sudah mencapai 71%.
Direktur Commodity Links Pte. Vijay Mehta menyebut, saat ini cuaca kering di AS, sehingga mungkin pekan ini diharapkan ada beberapa perbaikan dalam penanaman. "Namun, karena tingginya perbedaan harga, tidak banyak konsumen yang benar-benar memburu minyak kedelai pada level ini," katanya.
Minyak kedelai premium melejit ke US$ 167,06 per ton, hari ini, dibandingkan dengan rata-rata US$ 111,20 di tahun ini. Adapun, kontrak kedelai untuk pengiriman Juli melesat 0,7% ke US$ 13,85 per bushel di Chicago. Sementara, minyak kedelai untuk kontrak yang sama naik 0,6% ke level 58,84 cent per pound.
Kemarin, Oil World menyebut, produksi minyak biji-bijian global bakal naik 1,7% di tahun ini hingga September, seiring meningkatnya panen di Brazil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News