Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak bergerak dalam kisaran sempit pada Selasa (5/11), menjelang hasil pemilu presiden Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan akan berlangsung ketat.
Pada sesi sebelumnya, harga minyak naik lebih dari 2% setelah OPEC+ menunda rencana kenaikan produksi pada Desember.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 45 sen, atau 0,6%, ke US$75,53 per barel pada pukul 12.26 GMT. Sementara West Texas Intermediate (WTI) berada di US$71,94 per barel, naik 47 sen atau 0,7%.
Baca Juga: Harga Minyak Bergerak di Kisaran Sempit Jelang Pengumuman Hasil Pemilu AS
Menurut analis dari Engie Group, hasil pemilu ini penting bagi pasar minyak karena kemenangan Donald Trump dapat berdampak signifikan pada perdagangan internasional, hubungan geopolitik, kebijakan energi AS, dan kebijakan iklim internasional.
Harga minyak didukung oleh pengumuman OPEC+ pada Minggu yang memutuskan untuk menunda kenaikan produksi selama sebulan, mengingat permintaan yang lemah dan peningkatan pasokan dari luar OPEC yang menekan pasar.
Namun, tingkat pengambilan risiko tetap terbatas karena pekan ini padat dengan sejumlah peristiwa penting, termasuk pemilu AS, pertemuan kebijakan The Fed, dan rapat Kongres Nasional Rakyat Tiongkok (NPC).
Analis IG, Yeap Jun Rong menambahkan bahwa banyak trader memilih untuk tetap berada di pinggir lapangan.
Baca Juga: Arab Saudi Catat Defisit Anggaran Sebesar US$ 8 Miliar di Kuartal III-2024
Jajak pendapat saat ini menunjukkan persaingan ketat dalam pemilu AS, dan potensi keterlambatan hasil pemilu atau sengketa hasil dapat membawa risiko bagi pasar yang lebih luas dalam jangka pendek.
Selain itu, perhatian juga tertuju pada rapat NPC China untuk melihat kemungkinan adanya stimulus fiskal yang dapat meningkatkan permintaan energi.
Namun, para pengamat memperkirakan komitmen yang kuat baru akan muncul setelah hasil pemilu AS diketahui, menjaga harga minyak tetap dalam pola "menunggu."
Sementara itu, survei Reuters mengungkapkan bahwa produksi minyak OPEC meningkat pada Oktober karena Libya melanjutkan produksinya, meskipun peningkatan ini dibatasi oleh upaya Irak untuk memenuhi target pengurangan produksi sesuai komitmen dengan OPEC+.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Defisit Anggaran Arab Saudi US$ 8 Miliar di Kuartal III-2024
Iran juga berencana meningkatkan produksi sebesar 250.000 barel per hari, menurut situs berita kementerian minyaknya.
Di AS, badai yang diperkirakan akan menjadi angin topan di Teluk Meksiko minggu ini dapat mengurangi produksi minyak sekitar 4 juta barel, menurut para peneliti.
Menjelang data mingguan stok minyak AS pada hari Rabu, survei awal Reuters menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS kemungkinan meningkat pekan lalu, sementara persediaan distilat dan bensin mengalami penurunan.
Selanjutnya: Menko Airlangga: Status Penjualan iPhone 16 di Indonesia Tergantung pada TKDN
Menarik Dibaca: Ristra Clinic Rayakan Kecantikan untuk Semua dengan Kampanye Terbaru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News