kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak bertahan di atas US$ 45 per barel


Rabu, 16 November 2016 / 09:56 WIB
Minyak bertahan di atas US$ 45 per barel


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

HONG KONG. Minyak bertahan di atas US$ 45 per barel setelah setelah mengalami lonjakan terbesar dalam tujuh bulan karena OPEC meningkatkan upaya dalam menyelesaikan kesepakatan pemotongan produksi yang disepakati pada pertemuan bulan September di Aljazair.

Mengacu Bloomberg, Rabu (16/11), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember berada di US$ 45,71 per barel di New York Mercantile Exchange, turun 10 sen, pada pukul 08:43 pagi di Hong Kong. Kontrak WTI naik US$ 2,49 ke $ 45,81 pada hari Selasa, kenaikan terbesar sejak 8 April.

Sedangkan, minyak Brent untuk pengiriman Januari naik US$ 2,52, atau 5,7 %, ke US$ 46,95 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, pada hari Selasa.

Sejumlah sumber menyebutkan, Sekretaris Jenderal OPEC Mohammed Barkindo akan berkeliling ke negara anggota setelah bertemu dengan Menteri Energi dan Industri Arab Saudi Khalid Al-Falih di London.

Di sisi lain, Rusia berencana melakukan konsultasi informal dengan anggota dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak di Doha pada pekan ini.

Minyak telah melemah selama hampir empat pekan di tengah skeptisisme tentang kemampuan OPEC untuk melaksanakan kesepakatannya pada pertemuan 30 November yang lalu.

Kelompok ini berusaha untuk memangkas produksi untuk pertama kalinya dalam delapan tahun setelah Iran meningkatkan produksi dan Irak meminta pembebasan karena berperang dengan militan Islam.

Harga mungkin akan tetap di sekitar level saat ini jika OPEC gagal untuk melakukan pemotongan, menurut Chief Executive Officer Bob Dudley dari BP Plc.

Sementara itu, cadangan minyak mentah AS meningkat sebesar 3,65 juta barel pekan lalu, American Petroleum Institute mengatakan dalam laporan hari Selasa. Data pemerintah pada hari Rabu diperkirakan menunjukkan persediaan naik 1 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×