Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meski sudah menembus ke bawah level US$ 43 per barel, penurunan harga minyak mentah WTI masih terus berlanjut. Analis menduga, tren bearish ini akan terus membalut pergerakan harga minyak sepanjang pekan.
Mengutip Bloomberg, Senin (14/11) pukul 15.35 WIB harga minyak mentah WTI kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange merosot 0,41% di level US$ 43,23 per barel dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga sudah tergerus 3,69%.
Nanang Wahyudin, Analis PT Finex Berjangka mengatakan secara fundamental tekanan bagi harga minyak WTI datang dari produksi yang tinggi. Salah satunya datang dari laporan produksi Iran yang terbang tinggi di Oktober 2016. Tiga tambang minyak Iran terbesar yang berada di wilayah Barat Iran memproduksi hingga 250.000 barel per hari dari tahun 2013 kemarin hanya 65.000 barel per hari.
Secara keseluruhan produksi Iran Oktober 2016 naik sebanyak 210.000 barel per hari menjadi 3,92 juta barel per hari. Senada, Irak pun melaporkan terjadi kenaikan produksi sebesar 215.000 barel per hari menjadi 4,77 juta barel per hari. Arab Saudi mencatatkan produksinya hanya naik tipis menjadi 10,62 juta barel per hari. Efeknya produksi OPEC Oktober 2016 naik 236.700 barel per hari menjadi 33,64 juta barel per hari.
“Kenaikan ini jelas memberi tekanan signifikan pada harga mengingat meski sudah memasuki musim dingin, namun belum terlihat serapan permintaan minyak yang besar di pasar,” jelas Nanang. Selama belum ada perubahan keadaan fundamental maka harga minyak mentah sulit naik dalam waktu dekat.
Ini juga yang mengarahkan Nanang pada dugaan, harga minyak WTI masih akan terkikis. Apalagi akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan rig pengeboran aktif minyak mentah AS pekan lalu naik 2 unit menjadi 452 rig. Kenaikan jumlah rig aktif ini bisa mengarah pada kenaikan produksi AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News