kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak anjlok 2% di tengah kekhawatiran surplus pasokan dan varian Covid-19 baru


Jumat, 26 November 2021 / 11:54 WIB
Minyak anjlok 2% di tengah kekhawatiran surplus pasokan dan varian Covid-19 baru
ILUSTRASI. Harga minyak anjlok lebih dari 2% di perdagangan Jumat (26/11)


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak ambles lebih dari 2% pada perdagangan hari ini di tengah kekhawatiran bahwa surplus pasokan global dapat membengkak pada kuartal pertama menyusul pelepasan cadangan minyak mentah yang dikoordinasi Amerika Serikat (AS). Di saat yang sama, varian baru Covid-19 juga menakuti investor.

Jumat (26/11) pukul 10.45 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2022 memperpanjang penurunan untuk sesi ketiga dan jatuh 2,1% menjadi US$ 80,53 per barel.

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari 2021 juga anjlok 2,6% ke US$ 76,35 per barel. Tidak ada penutupan untuk WTI pada hari Kamis karena liburan Thanksgiving.

Harga minyak kemungkinan turun seiring dengan koreksi di pasar keuangan yang lebih luas di tengah kekhawatiran varian baru akan menekan permintaan dengan membatasi pergerakan lagi, sementara partisipasi pasar telah turun karena liburan di AS, jelas analis CMC Markets Kelvin Wong.

Baca Juga: Minyak tergelincir lebih dari 1% di tengah kekhawatiran meningkatnya pasokan global

Seperti diketahui, Presiden AS Joe Biden telah mengumumkan rencana untuk melepaskan jutaan barel minyak dari cadangan strategis, berkoordinasi dengan negara-negara konsumen besar lainnya, termasuk China, India dan Jepang, untuk mencoba mendinginkan harga.

Pelepasan cadangan minyak seperti itu kemungkinan akan membengkakkan pasokan dalam beberapa bulan mendatang, kata sumber OPEC, menurut temuan panel ahli yang memberi nasihat kepada menteri Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Dewan Komisi Ekonomi atawa Economic Commission Board (ECB) memperkirakan surplus 400.000 barel per hari (bph) pada Desember, meningkat menjadi 2,3 juta barel per hari pada Januari dan 3,7 juta barel per hari pada Februari jika negara-negara konsumen melanjutkan rilis, kata sumber OPEC.

Proyeksi kenaikan surplus minyak mengaburkan prospek pertemuan OPEC+, pada 2 Desember untuk memutuskan produksi segera. Kelompok tersebut akan memutuskan apakah akan terus meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari pada Januari.

Namun, kontrak patokan ditetapkan untuk membukukan kenaikan mingguan pertama mereka dalam hampir sebulan karena volume keseluruhan dari rilis cadangan minyak mentah - diperkirakan 70 juta hingga 80 juta barel - lebih kecil dari perkiraan pelaku pasar.

Baca Juga: Harga CPO menggeliat, Saraswanti (SAMF) optimistis raup pendapatan Rp 1,8 triliun

"Karena volumenya kecil, saya pikir itu ditujukan untuk mengurangi ketatnya pasokan, daripada berdampak besar pada pasar minyak," Tsutomu Sugimori, presiden Asosiasi Perminyakan Jepang (PAJ), mengatakan kepada wartawan Kamis malam.

Di sisi lain, pada Senin (29/11), kekuatan dunia dan Iran akan melanjutkan negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang dapat mengarah pada pencabutan sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran.

Namun, kegagalan Iran dan Badan Energi Atom Internasional untuk mencapai kesepakatan sederhana tentang pemantauan fasilitas nuklir Teheran minggu ini menjadi pertanda buruk bagi pembicaraan minggu depan, kata analis Eurasia Henry Rome.

“Bahwa Iran tidak melakukannya, dan malah mengambil garis keras dengan IAEA, adalah tanda negatif lain tentang minatnya untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015,” katanya dalam catatan 24 November.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×