Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren obligasi ritel di masyarakat kian meningkat. Ini berkaca dari hasil penawaran obligasi ritel sepanjang 2023.
Adapun sepanjang 2023 berjalan, pemerintah berhasil mengumpulkan dana dari penawaran obligasi ritel sebesar Rp 127,4 triliun dibandingkan tahun lalu sekitar Rp 107 triliun.
"Ini menandakan minat masyarakat memang positif terhadap obligasi ritel," ujar Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana kepada Kontan.co.id, Selasa (14/11).
Baca Juga: Ekonom Menilai Positif Penurunan Target Penerbitan SBN 2023
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menambahkan, tumbuhnya minat masyarakat juga didorong pendalaman pasar yang terus berlangsung. Terlebih, pemerintah juga mulai aktif menawarkan obligasi ritel tiap tahun.
"Selain itu, masyarakat di indonesia merupakan deposan sehingga lebih mudah menarik mereka menjadi investor," sambungnya.
Hal tersebut juga lantaran kupon yang ditawarkan SBN memang lebih tinggi. Kemudian, pajaknya juga lebih rendah jika dibandingkan dengan deposito. Terlebih, dorongan investor juga dipengaruhi volatilitas, khususnya dari suku bunga, sehingga kupon yang ditawarkan semakin tinggi seiring meningkatnya risiko investasi.
Teranyar ada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel seri ST011. Sejak ditawarkan pada Senin (6/11), per Selasa (14/11) pukul 20.10 WIB tercatat penjualannya mencapai sebesar Rp 7,32 triliun.
Baca Juga: Hore! Kuota Pemesanan ST011 Ditambah Jadi Rp 10 Triliun
Ramdhan menilai, diburunya produk ini lantaran dikemas seperti deposito dan bunganya lebih tinggi. Sebagai pengingat, terdapat dua seri ST011 dengan kupon 6,3% untuk tenor 2 tahun dan 6,5% untuk tenor 4 tahun.
Sementara dibandingkan penawaran sebelumnya, yaitu ORI024, kupon yang ditawarkan sebesar 6,1% untuk tenor 3 tahun dan 6,35% untuk tenor 6 tahun. Jika dibandingkan dengan ST010 yang terbit Mei lalu berkisar 6,25% untuk tenor 2 tahun dan 6,4% untuk tenor 4 tahun.
Meski demikian, Ramdhan menilai masyarakat lebih menyukai SBN yang memiliki karakteristik yang dapat diperdagangkan (tradable). Sementara produk ST tidak dapat diperdagangkan.
"Untuk ORI024 yang tidak tercapai target lebih kepada efek kenaikan suku bunga yang terjadi saat penerbitan produk tersebut sehingga investor lebih wait and see," imbuh Fikri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News