Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Menjelang tutup tahun, beberapa manajer investasi (MI) masih akan menerbitkan reksadana terproteksi. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Selasa (10/12), PT Trimegah Asset Management misalnya, akan menerbitkan dua reksadana terproteksi anyar, yakni reksadana TRAM terproteksi Prima XII dan TRAM terproteksi Prima XV.
Belum lama ini Trimegah juga menerbitkan reksadana bernama TRAM terproteksi Prima XI. Direktur Trimegah Asset Management Sjane Like Kaawoan mengatakan, instrumen TRAM terproteksi Orima XI memiliki aset dasar ORI 010. "Instrumen ini memberikan indikasi return 6,5% hingga 7,5% per tahun," kata Like.
PT Syailendra Capital juga berencana menerbitkan reksadana terproteksi anyar bernama Syailendra Capital Protected Fund 5. Vice President Syailendra Capital, Prita Ilham mengatakan, produk ini memiliki aset dasar obligasi korporasi. "Kami menargetkan total dana kelolaan Rp 100 miliar untuk produk ini," kata Prita, Selasa (10/12).
Syailendra belum akan meluncurkan produk baru lagi setelah ini. Syailendra akan mengandalkan produk-produk yang sudah ada untuk mendorong pertumbuhan dana kelolaan perusahaan. "Unggulan kami reksadana pendapatan tetap bernama Syailendra Fixed Income Fund yang khusus untuk nasabah institusi dan high net worth dengan minimal pembelian Rp 1 miliar," ujar Prita.
Kemudian, PT Danareksa Investment Management juga akan meluncurkan reksadana terproteksi anyar bernama Danareksa Proteksi XV.
Viliawati, analis Infovesta Utama mengatakan, prospek reksadana terproteksi masih cukup menarik. Harga obligasi yang terkoreksi cukup dalam sepanjang tahun ini berpotensi memberikan capital gain atau keuntungan kepada investor.
"Obligasi yang sudah terdiskon di bawah harga par cukup menarik dijadikan aset dasar. Selain memperolah kupon, investor juga dapat memperoleh capital gain pada saat obligasi jatuh tempo," kata Vilia.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, dana kelolaan reksadana terproteksi naik menjadi Rp 39,65 triliun pada akhir November dibandingkan Oktober yang mencapai Rp 39,18 triliun. Total produk juga bertambah menjadi 307 dibandingkan sebelumnya yang hanya 302 produk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News