Reporter: Benedicta Prima | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Jumat (26/6), sektor properti menjadi sektor paling tertekan setelah turun 34,91%.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, penurunan indeks properti sejalan dengan bisnis properti yang terganggu baik dari sisi permintaan dan pasokan bahan baku.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini, bahan baku properti yang sekitar 30%-40% masih merupakan material impor, terganggu. Sementara dari segi permintaan, terbatasnya kredit yang diberikan perbankan juga turut menghambat bisnis properti.
Baca Juga: Ini sektor paling tahan banting sepanjang semester I-2020
“Emiten properti rata-rata terganggu karena sebagian properti juga mengandalkan recurring income dari pusat perbelanjaan. Dan kemarin, mal ditutup lama,” jelas dia, Jumat (26/6).
Meski turun cukup dalam, Hans tetap merekomendasikan sektor properti. Pasalnya tren penurunan suku bunga akan memberikan sentimen positif terhadap sektor properti, dalam hal ini perbankan juga turut diuntungkan.
Selain itu penurunan yang dalam biasanya akan mengalami kenaikan yang lebih besar lagi seiring dengan pemulihan kondisi. Hans memprediksi sektor properti baru pulih pada 2021.
“Di properti saya lebih ke BSDE, CTRA dan PWON. Kalau di perbankan lebih kepada BMRI, BBRI dan BBNI,” jelas dia.
Saham-saham pilihan Hans merupakan saham-saham berkapitalisasi besar. Dus, bagi sektor perbankan, di tengah ancaman kenaikan non-performing loan (NPL), menurutnya di ketiga saham rekomendasi tersebut masih tetap terkendali.
Lebih lanjut, sejatinya seluruh indeks sektoral mengalami penurunan. Selain properti, sektor yang turun paling dalam adalah sektor agrikultur yang turun 32,19%.
Baca Juga: Pekan Depan IHSG Berpotensi Menguat Meski Terbatas
Hans bilang, hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar terhadap program B20 yang terganggu karena Covid-19.
Setelah agrikultur, sektor lainnya yang cukup dalam penurunannya adalah aneka industri hingga 27,7%. Diikuti industri kimia dasar turun 27,1%, keuangan turun 22,68%, serta perdagangan, jasa dan investasi turun 21,87%. Kemudian sektor tambang turun 20,34%, infrastruktur dan transportasi turun 19,92%, manufaktur turun 19,7% dan barang konsumsi turun 12,31%.
“Kalau barang konsumsi turun paling kecil karena kan orang pasti belanja kebutuhan dasar, jadi sektor ini pasti lebih kuat,” pungkas Hans.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News