Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara rebound tahun ini sejak penurunan signifikan di 2023. Meski begitu, harganya diperkirakan akan tetap stabil di level saat ini.
Berdasarkan Trading Economics, harga batubara bertengger di US$ 145,7 per ton pada Selasa (27/9). Harga batubara ini sudah naik 12,9% naik dari harga awal tahun ini yang sebesar US$ 129 per ton.
Founder Traderindo.com Wahyu Triwibowo Laksono mengatakan, harga batubara sangat dipengaruhi ekonomi China. Menurutnya, di tengah lesunya ekonomi China, permintaan dari Negeri Panda itu masih cukup baik.
China ingin menghindari kekurangan batubara selama musim puncak permintaan musim panas dengan menimbun dan meningkatkan produksi. China meningkatkan produksi batubara pada bulan Juni ke tingkat tertinggi dalam enam bulan untuk memenuhi permintaan daya pendingin di musim panas.
"Selain itu dengan longgarnya inspeksi keselamatan pertambangan memungkinkan beberapa tambang untuk melanjutkan operasi," ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Senin (26/8).
Baca Juga: Pergerakan Harga Komoditas Energi Bervariasi, Ini Sebabnya
Menjelang musim panas, China, konsumen batubara terbesar di dunia, telah mengumpulkan 162 juta ton batubara selama lima bulan pertama tahun ini. Angka itu setara dengan sekitar 8,5% konsumsi selama lima bulan itu, menurut data dari cqcoal.com.
Memang, negara maju ramai-ramai mendorong energi hijau. Terlepas dari hal itu, Wahyu mencermati harga batubara untuk jangka panjang masih potensial.
Ia menuturkan, China akan membangun sistem produksi batubara cadangan pada 2027 untuk menstabilkan harga dan mengamankan pasokan batubara.
Latar belakangnya, Beijing menetapkan tujuan pada tahun 2021 untuk memiliki cadangan batubara setara dengan 15% dari konsumsi tahunan yang disediakan di tambang, pelabuhan, pembangkit listrik dan beberapa area penyimpanan.
Langkah itu muncul ketika China terus mengkhawatirkan keamanan energi setelah kekurangan listrik pada 2021. Lalu krisis energi di Eropa tahun lalu yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina.
"Hal itu telah mendorong Beijing untuk meningkatkan penambangan batubara dan mempercepat persetujuan untuk pembangkit listrik batu bara baru, meskipun sebelumnya telah berjanji untuk mengurangi penggunaan batu bara dalam rencana lima tahun dimulai pada 2026," kata Wahyu.
Baca Juga: Bumi Resources Ungkap Cadangan Batubara 2,4 Miliar Ton, Bisa Buat 30 Tahun Lagi
Karenanya, Wahyu melihat harga batubara saat ini konsolidasi dengan kecenderungan rebound konsolidatif. Dus, harganya diperkirakan akan stabil direntang US$ 140 - US$ 150 per ton, dan di akhir tahun diproyeksikan di US$ 150 per ton.
"Harga batubara tidak bisa naik lebih jauh maupun turun lebih dalam lantaran jika terlalu rendah akan mengancam produsen, perusahaan tambang, dan sektor keuangan yang terkait dalam support capitalnya. Sementara jika terlalu tinggi akan mengancam konsumen," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News