kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.425.000   10.000   0,41%
  • USD/IDR 16.643   -42,00   -0,25%
  • IDX 8.617   68,26   0,80%
  • KOMPAS100 1.189   7,78   0,66%
  • LQ45 855   3,60   0,42%
  • ISSI 305   2,18   0,72%
  • IDX30 439   -0,22   -0,05%
  • IDXHIDIV20 509   2,81   0,56%
  • IDX80 133   0,64   0,48%
  • IDXV30 139   1,08   0,78%
  • IDXQ30 140   0,30   0,22%

Meski Tren Cerah, Volatilitas Tinggi Rawan Menekan Harga Bitcoin


Selasa, 13 Mei 2025 / 17:04 WIB
Meski Tren Cerah, Volatilitas Tinggi Rawan Menekan Harga Bitcoin
ILUSTRASI. Tren arah aset kripto diperkirakan tetap semarak. Namun, investor disarankan tetap mengantisipasi penurunan seiring volatilitasnya yang tinggi. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren arah aset kripto diperkirakan tetap semarak. Namun, investor disarankan tetap mengantisipasi penurunan seiring volatilitasnya yang tinggi.

Berdasarkan coinmarketcap, Bitcoin berada di US$ 103.400 pada Selasa (13/5) pukul 16.37 WIB. Dalam 24 jam terakhir terkoreksi 1%, tetapi masih cukup kuat dengan penguatan 9,79% dalam sepekan.

Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menuturkan setelah rally besar menembus US$ 100.000, pasar bisa mengalami penyesuaian harga jangka pendek yang dipengaruhi aksi ambil untung maupun faktor teknikal (overbought). Meski begitu, saat ini level US$ 100.000 dipandang menjadi level support baru bagi Bitcoin.

Artinya, jika terjadi penurunan, level ini diharapkan menahan harga agar tidak jatuh di bawahnya. Keyakinan ini datang dari pandangan bahwa kondisi fundamental sudah jauh membaik dibanding masa lalu ketika Bitcoin di level tinggi.

Baca Juga: Bitcoin Bertahan di Atas US$ 100.000, Bagaimana Arah Pergerakan ke Depan?

"Namun, kerawanan koreksi tetap ada, terutama jika euforia pasar mulai berlebihan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/5).

Apalagi, pasca lonjakan cepat sering kali muncul fase realisasi keuntungan yang dapat memicu kemunduran harga sementara. Dengan kata lain, beberapa pemegang jangka pendek mungkin memilih menjual di atas US$ 100.000 untuk mengamankan profit dan tekanan jual ini bisa menekan harga turun.

Dari segi potensi penurunan, Fyqieh menyebutkan skenario koreksi sehat dalam bull market biasanya di kisaran 10%-20% dari puncak terbaru.

"Untuk Bitcoin di sekitar US$ 100.000, ini menyiratkan rentang penurunan ke sekitar US$ 80.000 - US$ 90.000 jika terjadi tarik napas," katanya.

Dengan asumsi turun 10%, maka akan membawa harga ke US$ 90.000 yang merupakan area resistensi lama menjadi support baru. Lalu jika turun 20% ke US$ 80.000 dilihat juga masih di atas rekor tertinggi lama pada 2021 di level US$ 69.000, sehingga struktur uptrend jangka panjang tetap terjaga.

"Banyak analis melihat kisaran US$ 80.000 - US$ 90.000 sebagai zona pullback wajar, yang mana minat beli bisa muncul lagi," terangnya.

Tentu, tidak menutup kemungkinan skenario koreksi lebih besar jika terjadi perubahan sentimen mendadak atau peristiwa tak terduga. Secara historis, Bitcoin pernah turun 30%-40% di tengah tren naik sebelum melanjutkan rally.

Ini merujuk pada pola serupa dengan tahun 2021. Saat itu, setelah mencapai puncak, Bitcoin mengalami bearish divergence pada RSI dan akhirnya anjlok 77% dari US$ 69.000 ke sekitar US$ 16.000.

Dengan Bitcoin kini di atas US$ 100.000, terdapat kemungkinan puncak lokal di level ini diikuti koreksi signifikan sebelum naik lebih tinggi. Target penurunan ekstrem itu di area US$ 60.000, yang bertepatan dengan garis support tren naik jangka panjang (50-week EMA).

Baca Juga: Bitcoin Turun Jauhi Level US$106.000, Intip Tips Investasi Aset Kripto untuk Pemula

Koreksi tersebut memang drastis, tetapi disebut dalam skenario terburuk apabila euforia berbalik menjadi aksi jual panik. "Level US$ 60.000 juga kebetulan sejajar dengan zona support kuat multi-tahun, yang mana kalaupun dicapai, dipercaya akan menarik masuknya whale yang memborong di harga diskon, sehingga menjadi lantai bawah yang kokoh," terangnya.

Alhasil, menjadi dilema antara takut ketinggalan dan takut beli di puncak. Keputusan untuk masuk sekarang atau menunggu harus mempertimbangkan profil risiko masing-masing dan kondisi pasar terkini.

Di satu sisi, fundamental dan tren pasar mendukung kenaikan jangka panjang. Kenaikan Bitcoin menembus US$ 100.000 kali ini bukan murni spekulasi belaka, tapi didukung oleh modal institusi dan penerimaan yang lebih luas.

Di sisi lain, risiko jangka pendek tidak bisa diabaikan. Membeli tepat setelah harga naik pesat ibarat mengejar kereta yang sudah berjalan kencang.

Apalagi data terbaru menunjukkan munculnya tanda-tanda buyer kelelahan beli dan peningkatan aksi profit-taking oleh sebagian pemegang Bitcoin. Volume penjualan jangka pendek yang meningkat ini bisa menahan laju kenaikan dan bahkan menekan harga turun sementara.

"Strategi yang disarankan adalah menyesuaikan dengan toleransi risiko dan horizon investasi. Apabila yakin dengan prospek jangka panjang Bitcoin namun khawatir soal timing, pertimbangkan untuk masuk bertahap," sebutnya.

Sementara jika lebih cenderung konservatif, maka menunggu koreksi lebih masuk akal. Koreksi 10%-15% cukup umum terjadi dan bisa memberikan titik masuk lebih ideal.

Fyqieh menuturkan bahwa konteks pasar saat ini menunjukkan sinyal campuran, yakni momentum bullish kuat tapi indikator jangka pendek agak panas. "Banyak faktor positif seperti institusi masuk, regulasi jelas, dan adopsi meningkat yang mendukung investasi Bitcoin kini dibanding beberapa tahun lalu, tetapi volatilitas jangka pendek akan tetap tinggi," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×