kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski terus tertekan, pasar obligasi Indonesia dinilai masih punya prospek menarik


Minggu, 29 Maret 2020 / 13:47 WIB
Meski terus tertekan, pasar obligasi Indonesia dinilai masih punya prospek menarik
ILUSTRASI. Aktivitas karyawan yang memantau perdagangan obligasi atau surat utang di dealing room Bank BRI di Jakarta.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persebaran virus corona yang semakin meluas meningkatkan kekhawatiran para pelaku pasar. Tak ayal berbagai instrumen investasi pada akhirnya mengalami tekanan, termasuk pasar surat utang.

Tertekannya pasar surat utang di Indonesia dapat dilihat dari pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang cenderung berada dalam tren negatif. Pada 5 Maret silam, ICBI sempat berada di level tertingginya yakni 286,40. Namun selepas itu terus terjun bebas dan berada di level 263,84, level terendahnya dalam enam bulan terakhir pada 24 Maret kemarin.

Kabar baiknya, tiga hari terakhir ICBI menguat dan pada Jumat (27/3) sudah berada di level 268,19. Namun, Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto mengaku kondisi pasar saat ini akan fluktuatif. Sehingga tidak ada jaminan rally penguatan ICBI akan bertahan lama.

Baca Juga: Analis ini menilai penerbitan recovery bond tak berikan dampak signifikan, kenapa?

“Dampak terhadap efek ekonomi dan penanganan wabah corona terutama di Amerika Serikat akan menjadi patokan bagi pergerakan pasar. Tapi kalau bicara peminat untuk obligasi, sebenarnya akan selalu ada baik dari perorangan, institusi, lokal dan asing,” terang Rudiyanto ketika dihubungi Kontan.co.id, Minggu (29/3).

Analis Indonesia Bond Price Agency (IBPA) Lili Indarli juga menyatakan instrumen obligasi masih dipandang menarik pada tahun ini. Memang untuk saat ini Lili menyebut return tahun berjalan obligasi masih negatif. Tapi ia optimistis setelah virus corona mereda, potensi pasar obligasi mencatat return positif masih terbuka lebar.

“Investor akan kembali masuk ke pasar obligasi karena dipandang memberikan return yang lebih menarik serta tidak terlalu volatile. Ditambah lagi jika kondisi makro ekonomi dalam negeri terpantau stabil dan rupiah kembali menguat, maka besar kemungkinan asing akan kembali masuk ke pasar SBN,” kata Lili.

Terkait instrumen obligasi yang lebih menarik, Lili menyebut obligasi negara saat ini jauh lebih menarik dibanding obligasi korporasi. Hal ini disebabkan obligasi negara bebas risiko serta lebih likuid di pasar sekunder.

“Kalau obligasi korporasi meski memberikan kupon yang lebih tinggi, kan ada potensi penundaan pembayaran kupon atau gagal bayar akibat dari pemulihan dampak virus corona,” tambah Lili.

Sementara Rudiyanto melihat obligasi korporasi juga dalam keadaan yang cukup menantang. Pasalnya permintaan akan persentase kupon akan menjadi lebih tinggi dan dinilai Rudiyanto bisa memberatkan bagi para emiten.

Baca Juga: Recovery bond dinilai bisa menjadi solusi untuk topang likuiditas di pasar

“Tapi pada akhirnya masing-masing punya karakter tersendiri, jadi sesuaikan dengan profil risiko saja. Obligasi negara lebih likuid tapi harganya fluktuatif, sementara obligasi korporasi lebih stabil tapi kurang likuid,” tukas Rudiyanto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×