Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana pemerintah untuk menerbitkan recovery bond sebagai langkah untuk menopang likuiditas dunia usaha yang terguncang akibat pandemi corona menuai berbagai tanggapan.
Recovery bond merupakan surat utang yang nantinya akan dibeli oleh Bank Indonesia (BI) atau investor swasta sehingga mengalirkan dana segar untuk pemerintah. Dana dari surat utang tersebut kemudian akan disalurkan pemerintah ke dunia usaha melalui skema kredit khusus.
Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Adi Saputra meragukan wacana recovery bond tersebut meski ia tak menampik langkah tersebut merupakan inisiatif pemerintah yang cukup bagus untuk mencoba menahan perlambatan ekonomi imbas pandemi corona.
Baca Juga: Ekonom Pefindo sebut recovery bond bisa beri dampak positif ke pasar obligasi
Adi meragukan wacana recovery bond tersebut dari segi eksekusi di lapangannya. Ia melihat masih banyak hal-hal teknis yang perlu disiapkan. Misalnya dari segi landasan hukum hingga peraturan turunannya yang lain.
Asal tahu saja, regulasi yang mengganjal yaitu BI hanya bisa masuk ke pasar obligasi melalui pasar sekunder. Adapun, pemerintah tengah menggodok perubahan regulasi tersebut melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu).
“Perkara teknis lainnya misalnya, siapa target market recovery bond ini? Lalu apa bedanya dengan surat berharga negara dan obligasi retail lainnya yang selama ini sudah diterbitkan pemerintah?” jelas Adi.
Terlebih Adi juga belum melihat wacana penerbitan recovery bonds akan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pasar obligasi dalam negeri.
Jika ternyata wacana tersebut dilaksanakan dengan target BI, Adi justru melihat pemerintah akan menyerap likuiditas dari pihak swasta. Padahal pihak swasta saat ini justru seharusnya mendapat stimulus dari pemerintah.
Baca Juga: Ekonomi porak poranda akibat corona, bagaimana langkah penyelamatan oleh pemerintah?
“Sekarang sektor usaha seperti perhotelan dan mice, industri wisata, retail, mall, dsb justru butuh stimulus yang cepat dan tepat sasaran. Tak perlulah kita malah bikin instrumen yang praktik di lapangannya malah butuh waktu untuk diimplementasikan,” terang Adi
“Jadi wacana ini sebenarnya kami lihat agak kontradiktif,” tegas Adi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News