kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Merger KAEF dan INAF molor lagi


Rabu, 19 Januari 2011 / 10:49 WIB
Merger KAEF dan INAF molor lagi


Reporter: Didik Purwanto, KONTAN | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Rencana pembentukan induk badan usaha milik negara (BUMN) farmasi seperti berjalan di tempat. Dalam rencana semula, pemerintah berniat menggabung PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

Namun, tenggat waktu pembentukan holding kembali molor. Dalam rencana terakhir, deadline penggabungan kedua perusahaan itu adalah Februari tahun ini. "Merger belum bisa terjadi Februari ini, karena masih proses," ungkap Irnanda Laksanawan, Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian BUMN.

Ini berarti penundaan ketiga sejak rencana penggabungan digagas Maret 2009. Dalam rencana awal, deadline penggabungan adalah Agustus 2009. Jadwal penggabungan kemudian diulur hingga pertengahan 2010, yang kemudian kembali terlewati.

Irnanda menjelaskan, belum ada kemajuan yang signifikan dalam proses penggabungan kedua perusahaan. Bahkan, kini belum ada yang bisa memastikan kapan ide pembentukan holding farmasi itu bakal terwujud.

Baik manajemen INAF maupun pengelola KAEF menyatakan hanya bisa menunggu. Direktur Keuangan INAF, Djakfarudin Junus menyatakan, produsen obat generik itu telah menyerahkan proses merger ke pemerintah. Menurut Djakfarudin, proses penggabungan baru sampai tahap penunjukan konsultan keuangan. Konsultan ini yang akan merancang proses merger INAF dan KAEF.

Direktur Utama KAEF Sjamsul Arifin menuturkan, saat ini perusahaannya tetap rencana bisnis sesuai dengan roadmap pembentuk holding. "Tapi kalau masalah progress itu wewenang pemerintah. Kami hanya menerima saja apa yang menjadi keputusannya," jelas Sjamsul.

INAF dan KAEF masing-masing memiliki rencana korporasi sendiri di tahun ini. INAF ingin membangun pabrik tablet fixed dose combination (FDC) untuk tuberkulosis. Investasi untuk membangun pabrik obat yang menyasar pasar ekspor itu adalah Rp 27 miliar.

Sementara, KAEF dalam proses mendirikan perusahaan patungan bersama dengan perusahaan pemerintah China dengan investasi senilai US$ 10 juta. Perusahaan patungan itu ditargetkan beroperasi di tahun ini juga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×