Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah berpeluang kembali tertekan meski saat ini unggul di hadapan dollar AS. Pergerakan rupiah berpotensi terseret oleh data positif dari inflasi Amerika Serikat (AS).
Di pasar spot, Senin (22/2) rupiah menguat 0,52% ke Rp 13.439 per dollar AS. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan rupiah menguat 0,65% ke Rp 13.460 per dollar AS.
Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan, kebijakan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia pada pekan lalu mendapat respon positif sehingga rupiah dapat mengungguli dollar AS.
"Investor melihat pasar keuangan Indonesia cukup kondusif," ungkapnya. Secara fundamental, mata uang rupiah juga unggul diantara mata uang Asia lainnya.
Namun, rupiah bepeluang kembali melemah jika melihat data inflasi AS bulan Januari yang dirilis akhir pekan lalu. Angka inflasi AS bulan lalu naik ke level 0,0% dari angka sebelumnya serta proyeksi minus 0,1%.
Sementara inflasi ini meningkat ke angka 0,3% dari sebelumnya 0,1% serta proyeksi 0,2%. Yulia menduga, data tersebut berpeluang mendapat respon pada Selasa (23/2). Apalagi saat pergerakan rupiah minim sentimen.
Salah satu data yang dapat mempengaruhi pergerakan rupiah yakni money supply dalam negeri yang baru dirilis pean depan. Selanjutnya, data ekonomi bulanan seperti inflasi dan neraca perdagangan baru akan dirilis awal Maret mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News