Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju saham di sektor barang baku (basic materials) masih tertinggal. Hingga perdagangan Senin (12/2), IDX Basic Materials berada di posisi minus 4,57%, menjadi indeks sektoral dengan penurunan paling dalam setelah IDX technology.
Research Analyst Phintraco Sekuritas, Ade Muchlis Ilyasa memandang laju saham di sektor barang baku masih terhadang sejumlah kendala, terutama berkaitan dengan faktor eksternal. Ade menyoroti ketidakstabilan geopolitik akibat konflik yang masih terjadi di Ukraina, kemudian ditambah dengan konflik di Timur Tengah.
Situasi itu menyulut terjadinya disrupsi pada rantai pasokan dan berdampak pada pergerakan harga komoditas. Sekadar mengingatkan, sektor barang baku dihuni oleh sejumlah emiten dengan segmen bisnis yang sensitif terhadap harga komoditas, seperti emiten tambang mineral dan logam, baja, barang kimia serta semen.
Prospek terhadap kinerja bisnis emiten dan sentimen pada pergerakan sahamnya juga akan terpengaruh oleh kondisi ekonomi global. Dus, aktivitas ekonomi di negara maju yang memerlukan pasokan barang baku turut menjadi penentu.
Baca Juga: Harga Melejit Hingga Masuk UMA, Intip Rekomendasi Saham ICTSI Jasa Prima (KARW)
Dalam hal ini, Ade melihat perlambatan ekonomi China menjadi salah satu pemberat bagi sektor barang baku. Apalagi, China juga merupakan mitra dagang utama Indonesia.
"Perlambatan ekonomi di sana dapat menekan permintaan terhadap produk-produk basic materials dari Indonesia," kata Ade kepada Kontan.co.id, Senin (12/2).
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada menimpali, kinerja emiten dan pergerakan saham di sektor barang baku akan dipengaruhi oleh perkembangan industri utamanya. Dia mencontohkan ketika industri properti melonjak, maka akan mengangkat kinerja sektor barang baku seperti baja untuk konstruksi, semen dan kayu.
Namun, begitu juga sebaliknya. Selain itu, Reza menambahkan bahwa pelaku pasar juga masih menimbang bagaimana arah kebijakan pemerintah pasca Pemilu & Pilpres. Sebab, program pembangunan dan infrastruktur turut menjadi katalis penting bagi sektor ini.
Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyoroti program hilirisasi tambang yang juga menjadi katalis krusial bagi sektor barang baku. Terutama untuk nikel, dimana pemerintah telah menggenjot hilirisasi pada komoditas ini.
Menurut Nico, masih perlu kebijakan lebih lanjut untuk mendorong akselerasi program hilirisasi. Termasuk pada komoditas lainnya, seperti peningkatan nilai tambah batubara.
"Sektor ini meskipun menarik, tapi juga memiliki banyak tantangan yang harus diperhatikan," ujar Nico
Mempertimbangkan market outlook dan situasi saat ini, Nico memandang sektor barang baku belum menjadi prioritas.
Baca Juga: Intip Rekomendasi untuk Saham Lapis Dua dan Tiga yang Menarik untuk Dilirik
"Karena masih ada sektor lain yang mungkin akan lebih ciamik. Untuk memilih, perhatikan durasi investasi serta profil risiko yang dimiliki," kata Nico.
Reza menyarankan untuk tetap fokus mencermati kondisi fundamental dan likuiditas pada saham-saham di sektor barang baku. Sementara ini Reza melihat saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) layak mendapat perhatian.
Sedangkan Ade menjagokan saham SMGR, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang prospektif untuk jangka menengah atau panjang. Apalagi untuk ANTM yang telah menyelesaikan sengketa hukumnya, Ade menyematkan target harga pada level Rp 2.290 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News