Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas melaju menuju level US$ 1.600 per troy ounce seiring memburuknya perang dagang antara AS dan China. Kondisi tersebut memukul outlook pertumbuhan ekonomi global sehingga mendongkrak permintaan emas sebagai safe haven tradisional.
Data Bloomberg menunjukkan, pagi tadi, harga kontrak berjangka emas reli sebesar 1,8% menjadi US$ 1.565 per troy ounce di Comex, New York. Ini merupakan posisi tertinggi sejak 2013. Selain itu, perak juga diminati. Harga perak di pasar spot naik 2,1%. Kenaikan di awal pekan ini melanjutkan lonjakan yang sudah terjadi pada Jumat pekan lalu.
Baca Juga: Tersengat perang dagang, harga emas sentuh level tertinggi dalam 6 tahun terakhir
Sekali lagi, emas kembali unjuk gigi sebagai aset yang tahan banting saat krisis melanda. Sepanjang tahun ini, emas sudah melonjak 20% lebih seiring terjadinya pertikaian dagang antara Washington dan Beijing.
Pada akhir pekan lalu, kedua belah pihak saling membalas. Tak pelak kondisi itu memukul pertumbuhan ekonomi global dan menaikkan kemungkinan pemotongan suku bunga lanjutan oleh The Federal Reserve.
Baca Juga: Harga emas Antam hari ini pecahkan rekor baru, berapa potensi laba investornya?
"Pada saat mayoritas harga bahan baku melorot, logam mulia adalah sektor yang paling menonjol karena harga emas menguat," demikian laporan Australia & Selandia Baru Banking Group Ltd.
Para pimpinan The Fed sendiri mengakui, sengketa perdagangan meracuni ekonomi global dan membuat pekerjaan mereka lebih sulit. Pada Senin (26/8), tingkat yield surat utang AS bertenor 10-tahun anjlok ke level 1,4695%. Ini merupakan level terendah sejak Agustus 2016.
Baca Juga: Harga emas masih naik 0,83% di angka US$ 1.539,64 per ons troi (Pukul 10.57 WIB)
Helen Lau, analis Argonaut Securities Asia mengatakan emas akan terus melejit karena investor akan mencari perlindungan dari tingginya tensi perang dagang dan pelonggaran kebijakan The Fed.
"Sementara itu, depresiasi mata uang akan memicu lebih banyak diversifikasi dari sebelumnya investasi di aset-aset berisiko ke investasi emas atau saham-saham yang terkorelasi dengan emas," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News