Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Juli, pada Kamis, (1 /8) mendatang. Imbas kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan konsumsi berlebih saat Ramadan, diperkirakan akan mengerek besaran inflasi ke tingkat yang lebih tinggi lagi.
Ekonom Universitas Indonesia (UI), Lana Soelistyaningsih memperkirakan, inflasi month on month Juli bisa mencapai 2,51% dan year on year menjadi 7,9%. Perhitungan ini berdasarkan harga pangan yang hampir terjadi di seluruh sektor menyumbang kenaikan harga.
"Efek pelemahan rupiah, faktor konsumsi saat puasa dan juga Lebaran yang memang cukup tinggi, semua terjadi disaat yang hampir bersamaan di bulan Juli ini," kata Lana, Senin (29/7).
Lana bilang, selama April, Mei dan Juni, emas mengalami deflasi. Karena itu, tidak memberikan kontribusi terhadap inflasi. Tetapi belakangan ini, harga emas naik sehingga diproyeksikan turut memberikan kontribusi walaupun tak besar.
Besarnya imbas inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurut Lana, sudah terlihat saat ini. Dimana, tak hanya faktor kenaikan BBM, atau kenaikan harga pangan saja yang mempengaruhi IHSG , tetapi juga tahun ajaran baru dimana konsumsi juga meningkat.
Lana memperkirakan, kondisi ini akan menurunkan IHSG. Namun menurutnya, rilis data inflasi yang akan diumumkan Kamis (1/8) akan mempengaruhi  IHSG pada keesokan harinya, sehingga IHSG akan terkoreksi cukup dalam pada hari Jumat mendatang.
Namun koreksi yang terjadi tidak akan berlangsung lama, karena perdagangan IHSG akan tutup sepekan saat libur Lebaran. IHSG masih bisa bernafas lega, jika regional tidak terkoreksi parah ke zona merah.
"Ada untungnya pengumuman besaran inflasi hari Kami. Kemungkinan Jumat, IHSG akan terkoreksi. Tapi setelah itu libur, sehingga agak melegakan. Setidaknya tidak akan ada koreksi selama sepekan selanjutnya," ujar Lana.
Dalam kondisi ini, lanjut Lana, diperkirakan banyak investor yang akan masuk ke pasar saham. Karena, di tengah pasar saham yang murah, investor justru harus berbondong-bondong untuk membeli.
Lana menambahkan, inflasi tinggi masih akan terjadi sampai Agustus mendatang. Namun, inflasi Agustus tidak akan setinggi inflasi Juli, karena masyarakat sudah banyak membelanjakan uangnya saat ini.
Analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, tingginya inflasi Juli mendatang masih dalam batas kewajaran. Yang perlu dikhawatirkan, kata Satrio adalah jika adanya sinyal kenaikan suku bunga acuan atau BI rate oleh Bank Indonesia (BI).
"Jika BI terus memberikan sinyal menaikkan BI rate setelah data inflasi, maka semuanya akan kacau. Ini akan berbahaya. Karena ramuan pemerintah dengan kenaikan BI rate sebesar 50 basis poin tak efektif menghambat pelemahan rupiah," kata Satrio.
Satrio menambahkan, IHSG akan berada pada zona aman, jika bursa regional dan juga Dow Jones bergerak naik. "Jika pergerakan Dow Jones selama beberapa hari mendatang baik, maka IHSG akan aman. Tapi jika sebaliknya, maka perlu diwaspadai," ungkap Satrio.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News