kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menjelang FOMC, harga minyak terangkat


Rabu, 12 September 2012 / 07:26 WIB
Menjelang FOMC, harga minyak terangkat
ILUSTRASI. Ilustrasi harga emas batangan Antam dan UBS di Pegadaian. ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc.


Reporter: Anna Marie Happy | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga minyak bergerak mendekati level tertingginya selama hampir tiga minggu. Spekulasi Amerika Serikat (AS) akan menambah stimulus lanjutan untuk menggejot perekonomian, menjadi motor penggerak harga. Sentimen ini menangkal kekhawatiran bailout bank sentral Eropa tidak memadai untuk krisis utang zona euro.

Kontrak pengiriman minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober 2012, Selasa (11/9), pukul 16.31 WIB, di Bursa Nymex, senilai US$ 96,66 per barel, atau menguat 0,11% dari hari sebelumnya. Dalam sebulan, harga minyak telah naik 3,89%. Tapi, itu masih di bawah harga sejak awal tahun yang sebesar US$ 101,99 per barel.

Hari ini, The Federal Open Market Committe (FOMC) memulai pertemuannya. Agenda pembahasan adalah membantu pertumbuhan ekonomi AS. Pasar berharap, The Fed akan mengumumkan quantitative easing tahap ketiga (QE3).

Masih konsolidasi

Meski spekulasi QE3 makin santer, analis menilai harga minyak pada pekan ini cenderung konsolidasi melemah. Analis Senior Monex Investindo Futures, Ariana Nur Akbar melihat, keraguan-raguan pasar terhadap keputusan yang akan diambil The Fed dan ECB membuat pasar akan melakukan aksi ambil untung alias profit taking.

Analis Soe Gee Futures, Nizar Hilmy, menambahkan, bila The Fed akhirnya jadi menggelontorkan stimulus, maka harga minyak bisa melonjak hingga mencapai US$ 100 per barel. Namun, bila tidak ada stimulus, harga minyak bisa kembali terkoreksi.

Selain itu, para investor juga sedang menanti keputusan pengadilan Jerman. Bila Jerman tidak jadi memberikan bantuan dana talangan, maka euro bisa melemah. Hal itu akan menguatkan nilai dollar AS dan akan berakibat pada kejatuhan harga minyak.

Namun, Nizar melihat, data persediaan minyak yang diprediksi turun, bisa menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga minyak.

Secara teknikal, relative strength index (RSI) berada di posisi 58. Itu mengindikasikan harga minyak sedang dalam tren konsolidasi. Stochastic yang berada di tengah juga mengindikasikan situasi yang sama. Candlestick yang bergerak di atas bollinger band menunjukkan harga tidak akan bergerak jauh dari penutupan sebelumnya.

Nizar memprediksi, harga minyak, pekan ini, akan berkisar US$ 94,60-US$ 97,60 per barel. Prediksi Ariana, harga minyak, selama sepekan ini, memiliki support US$ 93,09 per barel dengan resistance US$ 99,27 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×