Reporter: Widiyanto Purnomo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Desakan pemerintah agar 13 emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggelar buyback, berdampak ke harga saham emiten pelat merah, termasuk PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Kemarin, harga saham SMGR melonjak 12,66% ke level Rp 8.675 per saham. Padahal, SMGR masih mengkaji potensi buyback.
Perseroan menimbang kondisi industri, perekonomian nasional dan global. SMGR juga akan menghitung valuasi saham.
Teuku Hendry Andrean, Research Analyst Buana Capital, menilai, langkah buyback dapat menjadi sentimen positif untuk menenangkan pasar. Tapi, eksekusi buyback bakal sulit dilakukan. SMGR akan ekstra hati-hati melihat kondisi pasar yang masih anomali.
"Apalagi market masih ada peluang turun lantaran kondisi global yang belum jelas, ditambah depresiasi rupiah," ujar Teuku kepada KONTAN, Rabu (26/8).
Jika melihat dari valuasi, harga saham SMGR saat ini terhitung murah. "Untuk melakukan buyback saat ini merupakan level yang menarik," kata Adrianus Bias Prasuryo, Analis Ciptadana Securities.
Menurut hitungan Adrianus, price to earning (PE) saham SMGR saat ini sekitar 9 kali. Padahal, rata-rata PE saham SMGR dalam lima tahun terakhir ada di level 13 - 14 kali. Dari sisi kondisi keuangan, Adrianus menilai, SMGR mampu melakukan buyback.
Sebab, posisi keuangan SMGR saat ini masih net cash. Per akhir Juni, kas SMGR tercatat mencapai Rp 2,87 triliun. Kinerja menurun Meski murah dari sisi valuasi, kinerja SMGR pada semester pertama tampak kurang kokoh.
Dalam enam bulan pertama 2015, pendapatan SMGR menyusut 1,9% menjadi Rp 12,64 triliun ketimbang semester pertama tahun lalu Rp 12,88 triliun. Volume penjualan semen tercatat 12,22 juta ton, turun 4,45% dibandingkan periode yang sama tahun 2014.
Menurut Teuku, bisnis properti yang stagnan menyebabkan lesunya segmen penjualan semen dalam kantong. Teuku mengatakan, SMGR dapat menggenjot penjualan dari segmen semen curah atau bulk, yang penjualannya terkait proyek infrastruktur pemerintah. Sayangnya, realisasi proyek infrastruktur pemerintah masih mandek.
Budi Rustanto, Analis Valbury Asia Securities, dalam riset 3 Agustus 2015 mencatat, kinerja SMGR didukung beberapa katalis. Misalnya target pertumbuhan penjualan semen sampai 1% yang didukung oleh percepatan proyek infrastruktur pemerintah. Ada pula rencana peningkatan ekspor ke sejumlah negara potensial seperti Vietnam, Sri Lanka, Bangladesh dan Afrika. Katalis positif bagi penjualan semen SGMR adalah percepatan realisasi proyek infrastruktur yang digadang-gadang pemerintah terjadi semester ini. Katalis ini bisa menahan penurunan penjualan.
Teuku memprediksi, pendapatan SMGR tahun ini akan susut 3,75% dengan penurunan laba bersih 17,60%. Teuku merekomendasikan buy saham SMGR dengan target Rp 11.150. Adrianus merekomendasikan buy dengan target Rp 13.900. Budi merekomendasikan buy dengan target Rp 12.000 per saham.
Meski dalam sehari naik 12,66%, harga saham SMGR sudah tergerus hingga 46,45% sejak akhir 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News