Reporter: Khomarul Hidayat, Agustinus Beo Da Costa, Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus menggodok rencana penyatuan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan anak usaha PT Pertamina yang bergerak di bisnis gas, PT Pertamina Gas (Pertagas). Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengungkapkan dua skenario rencana tersebut.
Pertama, PGAS akan mengakuisisi Pertagas. Opsi kedua, Pertamina mengakuisisi PGAS dan menggabungkannya dengan Pertagas.
Sejauh ini, analis meragukan rencana itu akan berjalan mulus. Analis Panin Sekuritas, Fajar Indra, dalam risetnya 15 Januari 2014, pesimistis, penyatuan PGAS dan Pertagas tersebut bakal mulus karena erat kaitannya dengan aspek politis dan birokrasi. "Proses akuisisi ini sendiri diperkirakan memerlukan waktu selama 8 bulan termasuk eksekusi 3,5 bulan," tulis Fajar dalam risetnya.
Fajar juga yakin, aksi tersebut akan memakan banyak biaya. Cuma, dia belum menyebutkan biaya akuisisi tersebut. Menurut dia, sisi positif dari aksi ini adalah jaminan pasokan gas bagi bisnis distribusi PGAS. Sebab, Pertagas merupakan salah satu penguasa pasokan gas di Indonesia.
Analis Samuel Sekuritas, Adrianus Bias Prasuryo, dalam riset 13 Januari 2014 menuliskan, Pertagas dinilai oleh Pertamina sekitar Rp 43,3 triliun-Rp 61,8 triliun. Pertamina juga menggunakan asumsi target EBITDA tahun 2013 yang diperoleh Pertagas hanya Rp 2,2 triliun.
Ini mengimplikasikan valuasi rasio entreprise value (EV)/EBITDA Pertagas sekitar 19,5 kali-27,9 kali. Rasio tersebut jauh lebih tinggi dari valuasi PGAS yang hanya 8,2 kali.
Menurut Adrianus, selain valuasi biaya yang sangat mahal, akuisisi itu berpotensi merugikan pemegang saham publik. Sebab, efek dilusi yang besar tanpa disertai exit strategy melalui tender offer.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan, jika penggabungan ini terjadi dan PGAS menjadi anak usaha Pertamina, ini hanya akan menguntungkan Pertamina. Sebab, PGAS telah memiliki jaringan pipa gas yang cukup besar.
Jika akuisisi memang harus dilakukan, "Opsi yang terbaik adalah PGAS yang mengakuisisi Pertagas," kata Reza. Skema ini, akan menjadi sentimen bagus bagi PGAS.
Rencana merger PGAS dengan Pertagas ini sempat membuat harga PGAS turun. Bahkan kamis lalu (16/1), harga PGAS turun ke level
Rp 4.260 per saham. Namun, kemarin, harga saham PGAS kembali naik 2,93% ke Rp 4.385 per saham.
Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas, Andy Ferdinand menyatakan, investor masih menunggu kepastian rencana penyatuan PGAS-Pertagas tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News