kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Menimbang-nimbang IPO calon penghuni bursa, mana yang menarik?


Kamis, 02 September 2021 / 08:35 WIB
Menimbang-nimbang IPO calon penghuni bursa, mana yang menarik?


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan ramai kedatangan penghuni baru. Sejumlah perusahaan dijadwalkan memasuki masa penawaran umum perdana saham pekan ini. 

Menurut catatan Kontan.co.id, saat ini ada PT Prima Andalan Mandiri Tbk (MCOL) yang  tengah melakukan penawaran umum perdana saham pada 1-3 September 2021. Perusahaan pertambangan batubara dan jasa pertambangan melalui entitas anak itu akan melepas 355,36 juta saham baru atau setara 10% dari dari modal ditempatkan dan disetor setelah initial public offering (IPO). 

Prima Andalan Mandiri menawarkan tiap sahamnya di harga Rp 1.420 Dus, total nilai IPO mencapai Rp 504,89 miliar.

Baca Juga: Kinerja obligasi korporasi di posisi teratas di periode Januari-Agustus

Adapun PT Idea Indonesia Akademi Tbk (IDEA) akan menyusul dengan menggelar penawaran umum pada 2-7 September 2021. Perusahaan yang bergerak di bidang akademi pendidikan dan pelatihan perhotelan, kapal pesiar, tata boga dan restoran berbasis industri itu akan melepas 212,48 juta saham baru. Jumlah tersebut setara 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. 

Adapun Idea Indonesia Akademi menawarkan setiap sahamnya dengan harga Rp 140. Dengan demikian, calon emiten itu bisa mengantongi dana segar hingga Rp 29,74 miliar. 

Sementara itu, PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK) dijadwalkan melakukan penawaran umum pada 2-6 September 2021. Calon emiten yang bergerak di bidang aktivitas rumah sakit swasta itu melepas 185,94 juta saham baru atau setara 20% dari dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. 

Setiap saham Kedoya Adyaraya ditawarkan dengan harga Rp 1.720. Dus, total nilai penawaran umumnya mencapai Rp 319,81 miliar. 

Baca Juga: Cemindo Gemilang (CMNT) incar dana IPO hingga Rp 1,16 triliun

Di sisi lain, PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) akan melakukan penawaran umum pada 2-9 September 2021. Cemindo Gemilang melepas 1,71 miliar saham baru atau mewakili 10,04% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. 

Perusahaan yang bergerak di industri semen itu menawarkan setiap sahamnya di harga Rp 680. Oleh karenanya, nilai IPO Cemindo Gemilang mencapai Rp 1,16 triliun. Tertinggi dibanding calon emiten lain. 

Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengomentari, dilihat dari industrinya, Kedoya Adyaraya menjadi calon emiten yang paling menarik sejauh ini. Menurutnya kebutuhan masyarakat akan sektor kesehatan masih akan tinggi ke depan. 

"Apalagi kasus Covid-19 masih cukup banyak, walau memang ada penurunan pada saat ini. Akan tetapi ke depannya, belum ada yang mengetahui perkembangan virus Covid-19 ini," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/9). 

Baca Juga: Masuk masa penawaran, Prima Andalan Mandiri patok harga IPO di Rp 1.420 per saham

Walau memiliki prospek yang baik, investor perlu untuk terus memantau kinerja perusahaan pasca IPO. Mengingat, Kedoya Adyaraya berencana menggunakan mayoritas dana yang dihimpun untuk membayar utang. 

Asal tahu saja, sebesar 45% dari dana hasil IPO itu akan dialokasikan ke PT Sinar Medika Sejahtera (SMS). Adapun Sinar Medika Sejahtera akan menggunakan 81% dari alokasi tersebut untuk pembayaran sebagian utang ke PT Bank Permata Tbk. Sementara sisanya, akan dimanfaatkan Sinar Medika Sejahtera untuk pengembangan sistem teknologi informasi di RS Grha MM2100, modal kerja, dan disalurkan ke PT Sinar Medika Farma untuk modal kerja. 

Senada, Head of investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, dilihat dari tren yang berkembang saat ini, sektor kesehatan memang cenderung lebih diminati pelaku pasar. Ini juga tercermin dari kinerja beberapa emiten rumah sakit yang menguat sejak awal tahun seperti SILO terkerek 45,45% ytd dan HEAL terkerek 64,31% ytd. 

Baca Juga: Besok masuk masa penawaran umum, Idea Indonesia Akademi lepas 212,48 juta saham IPO

Terkait penggunaan dana IPO Kedoya Adyaraya yang kebanyakan akan digunakan untuk pembayaran utang, Wawan melihat ini tidak menjadi masalah. Yang perlu diperhatikan, kondisi perusahaan setelah realisasi penggunaan dana tersebut. 

"Ke depannya ketika sudah go public, secara GCG  kemungkinan akan lebih baik, mengingat diwajibkan melaporkan keuangan dan seterusnya. Jadi prospeknya tetap menarik, apalagi masih ada dana lain yang akan digunakan untuk pengembangan," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Rabu (1/9). 

Asal tahu saja, Kedoya Adyaraya  akan menggunakan 14% dari dana IPO untuk pengembangan RS Grha Kedoya. Dengan rincian, 49% dari alokasi itu untuk penambahan fasilitas baru berupa bangunan BPJS pada tahun 2023. Sebesar 13% digunakan untuk pengembangan sistem teknologi informasi dan komunikasi dimulai pada tahun 2022. Sisanya untuk modal kerja RS Grha Kedoya.

Adapun setelah dikurangi untuk keperluan Sinar Medika Sejahtera dan RS Grha Kedoya, sisa dana IPO akan dipinjamkan ke  PT Sinar Medika Sutera (SMAS) untuk keperluan pembangunan rumah sakit baru dan modal kerja.

Baca Juga: Masih masa penawaran umum, Geoprima Solusi mematok harga IPO Rp 180 per saham

Untuk perusahaan lain, Wawan mencermati industrinya masih kurang menarik. Cemindo Gemilang yang bergerak di industri semen misalnya, terlihat kurang atraktif karena prospek industrinya masih akan terdampak pandemi Covid-19. Asal tahu saja, industri ini sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dan pembangunan yang berlangsung. Padahal sepengamatan Wawan, kondisi perekonomian dan pembangunan masih akan berat. 

Hal serupa juga terjadi pada  Idea Indonesia Akademi, dilihatnya bisnis ini kurang menarik. Sebab, keberlangsungan Idea Indonesia Akademi juga bergantung dari bisnis wisata, perhotelan, restoran yang diketahui tengah tertekan karena pandemi Covid-19. 

Sementara untuk Prima Andalan Mandiri, pergerakan harga batubara yang cenderung meningkat sebenarnya menambah sisi menarik calon emiten ini. Wawan mencermati, jika tren penguatan bisa bertahan hingga tahun depan, ketika kondisi ekonomi berbagai negara mengalami pemulihan dan kebutuhan energi meningkat, emiten-emiten sektor pertambangan batubara bisa menjadi pilihan.

Senada, Reza mengungkapkan, dilihat dari industrinya Prima Andalan Mandiri memang berpotensi menjadi emiten yang atraktif. Akan tetapi ia mengingatkan, pelaku pasar harus melihat kembali positioning Prima Andalan Mandiri di antara perusahaan pertambangan batubara lainnya. 

Baca Juga: Listing perdana, Hasnur Internasional Shipping (HAIS) langsung kena ARA

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×