Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) asal China, DeepSeek dikabarkan menelan biaya produksi yang jauh lebih hemat dibanding model AI lainnya.
DeepSeek mengklaim hanya membutuhkan waktu dua bulan dan biaya kurang dari US$ 6 juta. Ini lebih murah sekitar 10 kali daripada ChatGPT besutan OpenAI.
Berdasarkan laporan TeamGPT, OpenAI menghabiskan waktu sekitar US$ 64 juta untuk mengembangkan GPT-4. Ini membuka peluang untuk mengembangkan bisnis dengan dana yang murah.
Lantas, kehadiran DeepSeek ini menggemparkan pasar saham teknologi di Amerika Serikat (AS). Sejumlah saham teknologi global anjlok dijual investor.
Pada akhir perdagangan Jumat (31/1), saham NVIDIA Crop ambles 3,67% ke posisi US$ 120,07. Maklum, harga saham-saham teknologi global itu sudah melonjak tinggi.
Baca Juga: Cermati Efek Kebijakan Tarif Impor Trump ke Kinerja Emiten Komponen Otomotif
Hal ini juga yang membuat valuasi saham-saham teknologi global menjadi mahal atau overprice. Di dalam negeri sendiri, indeks IDX sektor teknologi juga sudah melonjak tinggi.
Hingga penutupan perdagangan Senin (3/2), indeks IDX sektor teknologi menguat 1,90% dibanding sesi sebelumnya. Bahkan, sepanjang tahun berjalan, indeks ini sudah melesat 10,82%.
Senior Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli menjelaskan sebenarnya ada berbagai cara untuk menghitung valuasi saham perusahaan teknologi.
Namun Mirae Asset Sekuritas kebanyakan menggunakan metode Sum of The Parts (SOTP). Metode ini memisahkan valuasi suatu perusahaan dengan memisahkan setiap segmen bisnisnya.
Contohnya, untuk PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), Christopher menilai segmen On Demand Services (ODS) dan financial technology dengan EV/Revenue.
Lalu hasilnya, dibandingkan dengan peers global. Namun dia memberikan diskon terhadap valuasinya karena perusahaan teknologi di Indonesia masih dalam tahap awal.
“Semen e-commerce GOTO, kami hitung secara fee yang didapatkan dari entitas TikTok Shop|Tokpedia. Investasi lainnya seperti ARTO dihitung dari nilai investasi awal,” jelas Christopher kepada Kontan baru-baru ini.
Oleh karena itu, Christopher menilai sulit untuk membandingkan valuasi saham teknologi Tanah Air dengan teknologi global. Pasalnya, emiten teknologi di Indonesia lebih mirip dan cenderung ke bisnis e-commerce.
Baca Juga: IHSG Anjlok Hari Ini (3/2), Simak Proyeksi untuk Perdagangan Selasa (4/2)
“Kalau dibandingkan terhadap e-commerce global pasti lebih murah valuasinya, kalau belum kami kasih diskon. Setelah diskon, masih murah dengan upside yang masih cukup masuk akal,” ucap Christopher.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menjelaskan kalau melihat valuasi sektor teknologi beragam, mulai dari relative valuation seperti PBV, P/E, EV atau juga bisa menggunakan absolute valuation seperti DCF.
Namun kalau berdasarkan rasio Price Book Value (PBV), posisi emiten teknologi di Indonesia saat ini dalam posisi yang beragam. Artinya, ada yang overvalue dan ada yang undervalue.
Dia mencontohkan, GOTO, yang dilihat secara PBV masih berada di bawah rata-rata emiten teknologi lainnya. Adapun PBV GOTO mencapai 2,92 kali, sedangkan PVB BELI sebesar 8,45 kali.
”Tetapi penilaian tidak hanya terpaku pada valuasi saja tetapi juga bagaimana progres perbaikan kinerja khususnya pada bottom line,” kata Azis.
Kalau dibandingkan dengan saham teknologi global, valuasi saham teknologi Indonesia masih tergolong murah. Namun Azis mengingatkan, memang tidak sebanding kalau dibandingkan karena segmentasinya berbeda.
“Tidak apple to apple kalau bandingkan dengan NVIDIA ataupun emiten teknologi luar lainnya karena perbedaan segmen bisnis,” ucap dia.
Oleh karena itu, kehadiran DeepSeek tidak berpengaruh ke pasar dan saham-saham teknologi di Indonesia. Ini tercermin dari pergerakan saham teknologi Indonesia yang masih terus menguat di tengah tekanan saham teknologi global.
Azis menilai GOTO masih cukup menarik dengan adanya adjusted EBITDA yang sudah positif. Lebih lanjut, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan trading buy GOTO dengan target harga Rp 88.
Saham pilihan Mirae Asset Sekuritas juga jatuh pada GOTO. Saat ini, Christopher sedang menghitung dan memproyeksikan kinerja serta target harga GOTO terbaru karena target sebelumnya di Rp 80 sudah tercapai.
Selanjutnya: Milad ke-4, BSI Berkomitmen Perkokoh Transformasi
Menarik Dibaca: Masih Ada yang Diguyur Hujan, Ini Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (4/2)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News