kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menilik prospek saham emiten logam pasca kesepakatan dagang AS-China fase pertama


Senin, 20 Januari 2020 / 20:18 WIB
Menilik prospek saham emiten logam pasca kesepakatan dagang AS-China fase pertama
ILUSTRASI. Seorang karyawan keluar ruangan saat penutupan perdagangan saham 2019 di gedung Bursa Efek Indonesia Jakarta, Senin (30/12/2019).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

Begitu juga dengan harga saham ANTM yang juga menunjukkan kinerja yang kurang apik. Secara year-to-date, saham ANTM telah terkoreksi 5,36%.

Ke depan, Sukarno menilai pergerakan harga saham ANTM masih bergantung pada pergerakan harga komoditas emas.

Senada, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai harga komoditas tentu sangat mempengaruhi pendapatan ANTM. 

Melansir dari laporan keuangan ANTM, per kuartal III-2019 segmen emas berkontribusi 69% terhadap pendapatan total ANTM yang mencapai Rp24,5 triliun.

Baca Juga: Ekspansi tambang batubara diprediksi kembali sepi di tahun ini

Aria mengatakan, kenaikan harga emas telah terjadi selama 15 bulan sampai Januari 2020. Artinya, harga emas memang sudah naik bahkan ketika konflik geopolitik Timur Tengah belum terjadi.

“Perjanjian dagang AS dengan China juga meredakan sementara kekhawatiran perang dagang,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Senin (20/1).

Sementara untuk saham berbasis logam lain, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO), justru memiliki prospek yang bagus. Hal ini tidak lepas dari harga komoditas nikel yang ditakar memiliki prospek bagus dalam jangka panjang.

Apalagi,sejak 1 Januari 2020 pemerintah telah resmi melarang ekspor bijih nikel dengan kadar rendah. Meskipun secara ytd saham INCO turun 4,95%, namun Sukarno melihat hal ini hanyalah koreksi sesaat.

“Saham INCO inline dengan pergerakan komoditasnya sekarang cenderung konsolidasi. Untuk jangka pendek sampai menengah mungkin harga masih bisa koreksi,” lanjut Sukarno.

Pun begitu dengan komoditas timah. Aria menilai harga timah berpotensi untuk bangkit tahun ini dan bakal memberi sentimen positif bagi emiten produsen timah, salah satunya PT Timah Tbk (TINS).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×