Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki 2023, Sektor Keuangan Non Bank dari segi industri menunjukkan ada rasa optimistis pertumbuhan meski ada ketidakpastian ekonomi secara global. Lalu, bagaimana dengan nasib saham-saham dari emiten di industri ini?
Memang, selama ini saham-saham sektor keuangan non bank dikenal sebagai saham-saham yang tergolong tidak likuid. Wajar, jika berbicara saham-saham keuangan, semua mata bakal lebih tertuju pada saham perbankan.
Meskipun demikian, bukan berarti saham industri keuangan non bank bisa dilewatkan. Ada beberapa sentimen positif yang mendukung kinerja industri yang sekaligus bisa mendongkrak kinerja sahamnya.
Baca Juga: Menyaring Saham-Saham Pilihan LQ45 dan KOMPAS100 Menjelang Rotasi Sektor Tahun 2023
Research & Consulting PT Infovesta Utama Nicodimus Anggi bilang sentimen yang akan mendorong kinerja perusahaan multifinance berasal dari peningkatan daya beli masyarakat yang akan mendorong juga besarnya kebutuhan untuk produk atau barang yang membutuhkan pembiayaan seperti kendaraan bermotor.
“Perusahaan multifinance juga akan mendapat manfaat dari kenaikan suku bunga karena akan meningkatnya suku bunga pinjaman,” ujar Nicodimus kepada KONTAN, akhir pekan kemarin.
Di sisi lain, untuk sektor asuransi, Nicodimus menyebutkan sahamnya akan lebih digerakkan oleh perusahaan asuransi yang terdorong aksi korporasi seperti akuisisi dan sejenisnya.
Memang, dalam beberapa waktu terakhir, aksi akuisisi terhadap perusahaan asuransi semarak dilakukan. Sebut saja, Lippo General Insurance (LPGI) yang diakuisisi oleh perusahaan asuransi asal Korea, Hanwha Life.
Adapun, saham LPGI mengalami peningkatan yang cukup signifikan sepanjang 2022 lalu dan termasuk yang tertinggi di sektor keuangan non bank. Harga LPGI saat ini di level 5850 atau naik mencapai 138,78%.
Hal yang sama terjadi pada Asuransi Bina Dana Arta (ABDA) yang tahun lalu diakuisisi oleh Aseana Insurance. Kinerja sahamnya pun naik 14,53% sepanjang 2022 dan kini di level 6700
“Selain itu, praktis belum ada sentimen dominan yang sanggup men-drive gerak saham asuransi,” imbuhnya.
Baca Juga: Bankir Yakin Bisa Makin Efisien pada Tahun Depan, Ini Penyebabnya
Memiliki pendapat yang berbeda, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta melihat ada dilema bagi saham-saham baik itu asuransi maupun multifinance di tahun ini. Alasannya, kenaikan suku bunga yang kemungkinan masih dilakukan.
“Otomatis hal ini akan mempengaruhi price margin dari emiten-emiten multifinance maupun asuransi,” ujar Nafan.
Rekomendasi analis
Dengan beberapa kondisi tersebut, Nicodimus pun menyarankan investor bisa memperhatikan jika ada saham asuransi atau multifinance yang melakukan aksi korporasi menguntungkan untuk dimiliki secara jangka pendek, alias taking profit jangka pendek.
Hanya saja, secara umum ia melihat saham-saham sektor asuransi dan multifnance diprediksi masih akan kalah dibandingkan saham sektor perbankan.
Untuk saat ini, ia bilang dua saham asuransi dari grup Panin yakni Panin Financial (PNLF) dan Paninvest (PNIN) direkomendasikan karena dukungan dari Induk usaha grup Panin dan valuasi yang dilihat dari rasio PBV masih murah dibandingkan rata-rata industrinya.
“Rata-rata PBV sub sektor industri asuransi sebesar 1,77x sedangkan PBV PNLF sebesar 0,42 dan PBV PNIN 0,17,” jelasnya.
Baca Juga: Tahun Kebangkitan Kinerja Perbankan
Di sektor multifinance, ia saya merekomendasikan saham Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) dengan target harga 9250. Alasannya, ADMF mayoritas sahamnya dimiliki Bank Danamon dimana mayoritas sahamnya dimiliki MUFG yang memiliki prospek bagus untuk ekspansi bisnis ke depannya.
“Royal bagi dividen juga,” imbuhnya.
Sementara itu, Nafan melihat saham-saham di sektor asuransi maupun multifinance saat ini masih not rated.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News