Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu merger antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dengan Grab kembali menyeruak. Bloomberg melaporkan rencana merger dua raksasa teknologi semakin intensif.
Ini bukan pertama kali kabar merger GOTO dengan Grab menggema. Pertama kali, rumor ini muncul pada Februari 2020. Jauh sebelum GOTO menggelar Initial Public Offering (IPO).
Kabar kembali berhembus pada Februari 2024. Sampai akhirnya, kabar merger GOTO dan Grab kembali menggema di awal Februari 2025 dan isunya semakin intens.
GOTO pun menegaskan tidak ada rencana untuk melepas bisnis ride hailing.
Baca Juga: IHSG Turun Empat Hari, Saham-Saham Prajogo Pangestu Jadi Top Leaders dan Top Laggards
Head of Investor Relations GoTo Group Joel Ellis menjelaskan GOTO sudah memberikan menjelaskan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
"Perseroan memberikan klarifikasi bahwa tidak ada kesepakatan antara Perseroan dengan pihak manapun untuk melakukan transaksi merger sebagaimana yang diberikan di media massa," katanya kepada Kontan, Senin (11/2).
GOTO mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir dan berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi.
Meski sudah dibantah oleh manajemen GOTO, Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat meyakini rencana merger antara GOTO dan Grab akan mencapai kesepakatan.
Menurutnya, Grab tidak akan membeli saham GOTO tetapi membeli saham bisnis saham On-Demand Services (ODS) atau Gojek. Sama seperti GOTO melepas saham PT Tokopedia kepada TikTok.
"Nanti GOTO akan menjadi perusahaan kosong karena Gojek akan dilepas kepada Grab," jelas Teguh saat dihubungi Kontan kemarin.
Bukan tanpa alasan, Teguh bilang hal ini bisa terjadi karena GOTO sudah berani melepas bisnis e-commerce kepada TikTok sehingga tidak menutup kemungkinan GOTO akan melepas bisnis ride hailing-nya.
Baca Juga: Rumor Merger dengan Grab Menguat, Saham GOTO Berakhir di Zona Merah
"Gojek tidak mungkin ditutup karena akan berdampak kepada mitra-nya, sehingga opsi lainnya adalah melepas Gojek kepada perusahaan lain," tuturnya.
Senior Equity Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Christopher Rusli memproyeksikan jika merger ini terjadi, maka Gojek akan menguntungkan bagi Grab.
Jika menggunakan asumsi Grab akan menjadi pengendali GOTO, maka Grab akan melakukan mandatory tender offer (MOT) karena terjadi perubahan pada pemegang pengendali.
"Apabila kesepakatan ini terjadi, maka kami meyakini hal ini akan menguntungkan Grab secara signifikan, dengan peningkatan dominasi pasar dan efisiensi operasional," kata Rusli dalam risetnya.
Grab juga akan mendapatkan keuntungan dari ekosistem GOTO, melalui sinergi cross-platform melalui Tokopedia dan GoPay. Entitas merger ini akan menguasai sekitar 80% pasar bisnis on deemand services (ODS) di Indonesia.
Namun kekhawatiran utama Christopher terhadap kesepakatan ini adalah kekhawatiran mengenai monopoli pasar, disrupsi operasional saat proses integrasi, dan potensi batalnya kesepakatan.
Selanjutnya: Penurunan Yield SUN 10 Tahun Diperkirakan Lebih Terbatas pada 2025
Menarik Dibaca: Matcha dan 4 Minuman untuk Mencegah Jerawat, Tertarik Coba?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News