kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.095   -25,00   -0,16%
  • IDX 7.108   -49,86   -0,70%
  • KOMPAS100 1.064   -9,05   -0,84%
  • LQ45 834   -8,40   -1,00%
  • ISSI 216   -2,01   -0,92%
  • IDX30 426   -3,80   -0,88%
  • IDXHIDIV20 514   -4,38   -0,84%
  • IDX80 121   -1,10   -0,90%
  • IDXV30 127   -0,23   -0,18%
  • IDXQ30 142   -1,29   -0,90%

Menilik Kinerja Emiten Properti di 2022, Ini Jawaranya


Senin, 10 April 2023 / 10:08 WIB
Menilik Kinerja Emiten Properti di 2022, Ini Jawaranya
ILUSTRASI. kinerja emiten properti


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dihadang sejumlah sentimen negatif, sejumlah pengembang besar masih mampu mencetak pertumbuhan kinerja sepanjang 2022.

Lihat saja kinerja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang mencetak pertumbuhan laba bersih hingga 93,19% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 625,37 miliar. Dari sisi pendapatan, SMRA tercatat tumbuh 2,72% YoY menjadi Rp 5,71 triliun.

Salah satu pendukungnya dari segmen pendapatan berulang yang mencatatkan pertumbuhan 61,39% YoY menjadi Rp 1,48 triliun. Adapun rincian pendapatan neto SMRA pada 2022 terdiri dari pendapatan segmen pengembang properti sebesar Rp 3,53 triliun, pendapatan segmen properti investasi sebesar Rp 1,48 triliun, dan pendapatan segmen lain-lain sebesar Rp 709,83 miliar.

Kemudian, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang mencatatkan laba bersih sebesar Rp 80,42% YoY menjadi Rp 2,43 triliun. Beriringan, pendapatan BSDE tumbuh 33,71% YoY menjadi Rp 10,23 triliun.

Segmen penjualan tanah, bangunan dan strata title berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 7,90 triliun atau tumbuh 29,05% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang senilai Rp 6,12 triliun. Segmen ini merupakan segmen dengan kontribusi terbesar bagi pendapatan konsolidasi BSDE dengan porsi 77,22%.

Baca Juga: Sektor Properti Masih Berpotensi Tumbuh di 2023, Simak Rekomendasi Analis Berikut

Lalu PT Metropolitand Land Tbk (MTLA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 395,3 miliar atau naik 6,26% YoY. Pendapatan MTLA juga naik 15,5% dari Rp 1,19 triliun menjadi Rp 1,38 triliun pada 2022.

Direktur MTLA Olivia Surodjo mengatakan pendapatan berulang menjadi salah satu pendorong kenaikan laba. Faktor lainnya, dari pemanfaatan program PPN DTP sampai dengan September 2022, suku bunga bank yang kompetitif, serta produk-produk yang dipasarkan dapat diserap oleh target market.

“Kenaikan recurring revenue dari mal dan hotel sebesar kurang lebih 44% menjadi salah satu pendorong dari kenaikan laba bersih,” ujarnya, Rabu (5/4).

Ada pula PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang mencetak pertumbuhan kinerja didorong dari pendapatan berulang. Tahun 2022, pendapatan PWON tumbuh 4,79% menjadi Rp 5,98 triliun dan laba bersih naik 11,30% YoY menjadi Rp 1,53 triliun.

Direktur PWON Minarto Basuki mengatakan pendapatan berulang mencapai Rp 3,87 triliun sepanjang 2022. Adanya peningkatan di segmen itu seiring adanya pemulihan ekonomi pada 2022.

Recurring revenue perseroan mencapai Rp 3,87 triliun naik 43,5% dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 2,69 triliun,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (29/3).

 

Adapun segmen tersebut terdiri dari ritel mal sebesar Rp 2,64 triliun atau naik 37%, office leasing sebesar Rp 300 miliar atau naik 13%, dan pendapatan hospitality sebesar Rp 929 miliar atau naik 85%.

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga masih berhasil mampu mencetak pertumbuhan laba bersih sepanjang 2022 dengan pertumbuhan 7,51% YoY menjadi Rp 1,86 triliun. Meski begitu, pendapatan perseroan turun 6,17% YoY menjadi Rp 9,12 triliun.

Penurunan pendapatan disebabkan penjualan kantor turun 45,39% YoY menjadi Rp 581,63 miliar dan apartemen turun 64,19% YoY menjadi Rp 483,90 miliar. Di sisi lain, pendapatan berulang CTRA mengalami pertumbuhan 14,20% YoY menjadi Rp 1,93 triliun.

Direktur CTRA Harun Hajadi menerangkan pembukuan pendapatan perusahaan properti sangat tergantung dari serah terima proyek. "Jadi kalau hanya selisih Rp 600 miliar, atau kira-kira 5,5%, itu hanya karena faktor pembukuan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (8/4).

Diakuinya, penjualan perkantoran dan apartemen terdapat penurunan. Hanya saja, kondisi tersebut sudah terjadi sejak tahun 2018 sehingga ia melihat turunnya kedua segmen tersebut bukan menjadi faktor utama.

Di sisi lain, peningkatan laba bersih didorong dari efisiensi dan perbaikan dari margin. "Improvement dari margin juga dapat disebabkan karena campuran produk yang dijual lebih banyak yang marginnya lebih tinggi," katanya.

Baca Juga: IHSG Melemah Tipis ke 6.791 di Pagi Ini (10/4), Sektor Teknologi Turun Paling Dalam

Serupa tapi tak sama, PT Modernland Realty Tbk (MDLN) mencetak penurunan pendapatan hingga 45,29% dari Rp 2 triliun menjadi Rp 1,09 triliun sepanjang 2022.

Meski begitu, perseroan berhasil membalikkan rugi Rp 41,99 miliar menjadi laba bersih Rp 20,17 miliar pada 2022. Hasil itu didorong dari penurunan beban keuangan khususnya pada utang obligasi.

Utang obligasi MDLN turun 90,59% dari Rp 498,69 miliar menjadi Rp 261,64 miliar. Selain itu, ada juga penurunan utang bank sebesar 35,79% dari Rp 22,62 miliar menjadi Rp 16,65 miliar dan liabilitas sewa turun 58,33% dari Rp 847,66 miliar menjadi Rp 535,35 miliar.

Adanya penurunan pada utang obligasi disebabkan oleh Amended and Restated Guaranteed Senior Notes yang memiliki bunga 0 persen dalam periode 1-12 bulan pasca diterbitkan pada 15 Desember 2021.

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) juga berhasil membalikkan kerugian Rp 650,39 menjadi laba sebesar Rp 1,99 triliun pada 2022. Hasil itu tak lepas dari aksi divestasi saham Central Park kepada Hankyu Hanshin Properties Corp (HHP).

Corporate Secretary APLN Justini Omas mengatakan capaian 2022 didukung sejumlah faktor. Pertama, penjualan Mall Central Park senilai Rp 4,08 triliun.

"Lalu pendapatan berulang dari segmen jasa perhotelan dan pusat perbelanjaan yang mencapai sebesar Rp 1,46 triliun atau naik  28,07% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1,14 triliun," Jumat (31/3).

Baca Juga: Laba Ciputra Development (CTRA) Tumbuh 7,51% pada 2022, Ini Penjelasan Manjemen

Namun memang tak semua emiten properti bettumbuh. Adapula PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP), PT Intiland Development Tbk (DILD), dan PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yang mencetak pertumbuhan kinerja.

ADCP mencatatkan penurunan laba 19,43% menjadi Rp 105,01 sepanjang 2022. Padahal pendapatan ADCP berhasil naik 5,14% menjadi Rp 592,68 miliar.

Pendapatan ADCP terdiri dari segmen properti, operasi bersama, hotel, dan sewa. Secara rinci, pendapatan segmen properti meningkat 5,9% menjadi Rp 436,03 miliar, operasi bersama menurun 33,3% menjadi Rp 56,73 miliar, segmen hotel meningkat 49,11% menjadi Rp 99,76 miliar, dan segmen sewa sebesar Rp 155,07 juta.

Lalu DILD mencetak rugi bersih sebesar Rp 98,44 miliar dibandingkan tahun 2021 yang mencetak laba Rp 13,13 miliar. Padahal dari pendapatan tercatat tumbuh 19,84% menjadi Rp 3,14 triliun.

Manajemen Intiland menjelaskan, penjualan yang dicatatkan lebih banyak dari proyek 57 Promenade.

"Pengakuan pendapatan dari proyek joint venture membuat porsi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada kepentingan non-pengendali lebih besar, ketimbang kepada pemilik entitas induk," tulis manajemen dalam website perseroan.

Secara rinci, DILD mencatatkan penjualan dari segmen high rise sebesar Rp 1,55 triliun atau naik 50,18%, segmen perumahan Rp 630,57 miliar atau turun 9,15%, dan kawasan industri sebesar Rp 246,32 miliar atau turun 106,48%.

Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) Yakin Tren Kenaikan Kinerja di Tahun Lalu Berlanjut di 2023

PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga mencatatkan peningkatan rugi bersih menjadi Rp 2,69 triliun dari tahun 2021 sebesar Rp 1,60 triliun. Hal itu akibat penurunan pendapatan 10,41% menjadi Rp 16,52 triliun.

Pendapatan LPKR dari segmen real estat, yang bersumber dari penjualan hunian, toko, apartemen dan lain-lain sebesar Rp 4,13 triliun, turun dari tahun 2021 sebesar 5,12 triliun. Pendapatan terbesar justru disumbang PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) sebesar Rp 9,51 triliun, sementara segmen lifestyle turun menjadi Rp 1,15 triliun dari pada 2021 senilai Rp 2,02 triliun.

Group CEO LPKR John Riady mengatakan perseroan akan fokus dalam menyelesaikan serah terima proyek secara tepat waktu. LPKR juga akan menangkap lebih banyak permintaan melalui peluncuran produk baru dan mempertahankan kinerja operasional dari layanan kesehatan dan lifestyle.

"Kami menyadari latar belakang ekonomi makro yang menantang, dan perlu menyesuaikan strategi kami untuk memitigasi dampak keuangan dari ketidakpastian ekonomi yang lebih besar dan kenaikan suku bunga, di antara faktor-faktor lainnya," tuturnya dalam keterangan pers belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×