Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski dihadang sejumlah sentimen negatif, sejumlah pengembang besar masih mampu mencetak pertumbuhan kinerja sepanjang 2022.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan pendorong utama kinerja emiten properti dari serah terima properti yang terjual pada 2020-2021. Selain itu juga didorong dari pendapatan berulang.
"Khususnya dari mall karena occupancy rate tenant yang meningkat seiring kembali ramainya pusat perbelanjaan, juga hotel yang mengalami kenaikan jumlah pengunjung," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (6/4).
Baca Juga: Laba Ciputra Development (CTRA) Tumbuh 7,51% pada 2022, Ini Penjelasan Manjemen
Di sisi lain, emiten yang mencetak penurunan kinerja karena proyek-proyeknya didominasi oleh segmen high rise. Sementara segmen tersebut masih lesu sehingga mempengaruhi kinerja.
Adapun tahun lalu PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) dan PT Intiland Development mencetak penurunan bottom line. ADCP mencatatkan penurunan laba 19,43% menjadi Rp 105,01 miliar sepanjang 2022 dan DILD mencetak rugi bersih sebesar Rp 98,44 miliar dibandingkan tahun 2021 yang mencetak laba Rp 13,13 miliar.
Untuk tahun ini, Jono memperkirakan emiten properti masih mampu mencetak pertumbuhan kinerja. Hanya saja diperkirakan alan lebih terbatas.
"Secara umum properti mungkin akan tumbuh single digit," katanya.
Adapun katalis sektor properti tahun ini datang dari serah terima properti yang terjual di 2021-2022. Kemudian pendapatan berulang yang terus meningkat karena aktivitas dan daya beli masyarakat yang meningkat.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano menambahkan, katalis sektor properti berasal dari suku bunga. Dirinya melihat, saat ini kenaikan suku bunga cenderung terbatas sehingga dapat menjadi katalis positif untuk sektor ini.
Meski begitu, ia melihat untuk kinerja marketing sales diperkirakan akan ada penurunan sebesar 8% tahun ini. Sebabnya, tidak adanya insentif PPN, kenaikan suku bunga KPR, dan periode pra-pemilu di semester II.
"Akan ada sedikit risiko penurunan marketing sales terhadap harga saham karena kami mencatat bahwa pertumbuhan marketing sales sebesar 20% CAGR selama 2021-2022 diikuti oleh kinerja yang kurang baik sebesar 34% terhadap IHSG," paparnya.
Baca Juga: Metropolitan Land (MTLA) Catatkan Laba Bersih Rp 395 Miliar Tahun Lalu
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan pandangan overweight untuk sektor properti. Victor memilih PWON sebagai pilihan utama sebagai penerima manfaat utama dari pemulihan bisnis properti investasi dan diperkirakan tidak terlalu terpengaruh oleh perlambatan penjualan properti.
Adapun target harga PWON di Rp 610. Selain itu, ia juga menyematkan buy untuk CTRA Rp 1.600, BSDE Rp 1.400, dan SMRA Rp 940.
Sementara Jono merekomendasikan SMRA dengan target harga Rp 700 dan CTRA Rp 1.200.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News