Reporter: Dina Farisah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Dinar atau yang lebih popular dengan koin emas turut berjaya seiring melambungnya harga emas dunia. Kemilau dinar dan dirham (koin perak) menarik untuk alternatif investasi.
Praktisi Dinar dan Dirham, Endy Kurniawan menjelaskan, dinar dan emas batangan masih menjadi pilihan investasi jangka panjang. Sebab, keduanya instrumen investasi tersebut tergolong likuid dan memiliki standar harga yang terukur.
Ini keunggulan dinar dan emas batangan dibandingkan emas perhiasan, dimana harga beli kembalinya (buyback) tergerus ongkos cetak. “Harga emas tahun ini berpeluang naik moderat sekitar 11% dari harga awal tahun,” jelas Endy kepada KONTAN.
Untuk diketahui, satu keping dinar keping memiliki unsur emas 22 karat (91,7%) dengan berat 4,25 gram. Sementara satu keping dirham adalah perak murni seberat 2,975 gram. Adapun keunggulan dinar dan dirham dibanding emas batangan adalah lebih murah dari sisi harga dan buyback yang lebih menarik. Mengutip situs www.salmadinar.com, Jumat (20/6), harga satu keping dinar dibanderol Rp 2.008.429. Buyback dinar dihargai Rp 1.928.092. Sementara harga sekeping dirham sebesar Rp 65.622, dengan harga buyback Rp 62.997.
Bandingkan dengan harga emas batangan di PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM). Per Jumat (20/6), harga emas ANTAM dibanderol Rp 549.000 per gram. Buyback emas Rp 489.000. Sementara harga perak ANTAM sebesar Rp 12.200 per gram dengan harga buyback Rp 6.000 per gram.
Saat ini, harga emas dunia sedang meroket. Di pasar spot, Jumat (20/6), emas ditutup di level US$ 1.316,60 per ons troi. Harga emas ini telah naik 3,3% dalam sepekan. Hal serupa terjadi pada harga emas batangan di ANTAM yang naik 3,24% dalam sepekan. Endy bilang, pemicu naiknya harga emas karena melemahnya dollar AS akibat melemahnya data ekonomi AS. Meski demikian, kondisi ini belum mengonfirmasi tren bullish emas. Sebab, pergerakan emas akan kembali ke faktor fundamentalnya yaitu kebijakan Bank Sentral AS, The Fed terkait kebijakan moneter dan permintaan fisik emas dunia belum mendukung penguatan.
Jelang Ramadhan, lanjut Endy, justru terjadi penurunan permintaan terhadap emas. Sebab, di wilayah pedesaan, suplai emas perhiasan meningkat akibat banyak masyarakat menjualnya untuk biaya hidup yang meningkat selama Ramadhan dan sebagai persiapan lebaran.
Pengamat sekaligus pelaku dinar dan dirham, Muhaimin Iqbal mengatakan, investasi dinar dan dirham lebih tepat untuk jangka panjang, yakni di atas lima tahun. Sebab, dinar maupun dirham masih berpotensi terkoreksi dalam jangka pendek. Menurutnya, volatilitas emas masih tinggi hingga momentum pemilihan presiden pada tanggal 9 Juli mendatang.
“Apabila nanti presiden yang terpilih sesuai dengan ekspektasi pasar maka rupiah bisa menguat. Jadi meskipun harga emas dunia naik, kondisi penguatan rupiah dapat membatasi kenaikan harga emas ANTAM,” terang Iqbal.
Dari sekian instrumen investasi berbahan dasar emas dan perak, Iqbal merekomendasikan dinar dan dirham. Sebab, keduanya tidak terpotong ongkos cetak pada saat dijual. Dinar maupun dirham akan tetap beredar dalam bentuk yang sama (tidak akan dilebur). Selain itu selisih buyback tidak berbeda jauh.
Senada dengan Iqbal, Endy juga menyarankan investor dinar dan dirham memiliki horizon investasi jangka menengah hingga panjang. Hingga akhir tahun, Endy memprediksi harga dinar bisa naik moderat ke level Rp 2.300.000 per keping. Harga dirham diperkirakan menyentuh level Rp 72.000 per keping. Adapun harga emas di ANTAM diproyeksi Rp 550.000 per gram. Ini dengan asumsi nilai tukar USD/IDR di level 12.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News