Reporter: Dina Farisah | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Pamor dinar atau yang lebih dikenal dengan koin emas belum mampu menandingi logam mulia atau emas batangan. Namun prospek investasi dinar tidak kalah berkilau dibandingkan dengan investasi emas batangan.
Praktisi Dinar dan Dirham, Endy Kurniawan menjelaskan, dinar dan dirham merupakan logam berbahan dasar emas dan perak seperti layaknya emas dan perak batangan. Namun, koin dinar dan dirham ini memiliki kadar khusus. Yakni, satu keping dinar memiliki unsur emas 22 karat (91,7%) dengan berat 4,25 gram. Sedangkan satu keping dirham adalah perak murni seberat 2,97 gram.
Menurut Endy, dinar dan dirham sama-sama likuid. Sama seperti emas batangan, investor dapat membeli dan menjual dinar maupun dirham di PT Aneka Tambang (Antam), perwakilan Antam atau toko emas lainnya. "Investor juga bisa mendapatkan dinar dan dirham di jaringan Gerai Dinar, jaringan Salma Dinar dan jaringan Wakala Nusantara," ungkap Endy kepada KONTAN, Jumat (7/3).
Mengutip situs www.geraidinar.com, Jumat (7/3), harga jual satu keping dinar dibanderol Rp 2.035.765. Sementara harga beli (buyback) sebesar Rp 1.954.334. Sedangkan satu keping dirham dijual seharga Rp 65.603 dan harga buyback Rp 62.979. Harga di Gerai Dinar diperbaharui dua kali dalam sehari.
Sedangkan di www.logammulia.com, harga jualnya lebih mahal, yakni dinar Rp 2.296.648 dan dirham Rp 91.053 per keping. Logam Mulia tidak mencantumkan harga buyback dan update harga dilakukan sehari sekali.
Bandingkan dengan harga logam mulia. Harga beli emas batangan dibanderol Rp 551.000 dan harga buyback sebesar Rp 491.000 per gram. Untuk perak batangan dijual seharga Rp 12.200 dan buyback Rp 6.000 per gram.
Berdasarkan harga tersebut, dinar dan dirham memiliki keunggulan dari sisi harga yang lebih murah dan selisih harga jual dan buyback yang lebih sedikit. "Perbedaan rate jual dan beli hanya berkisar antara 2% hingga 4%," ungkap Endy yang juga penulis buku Think Dinar ini.
Sama seperti emas, Endy menambahkan pergerakan harga dinar dan dirham juga tak terlepas dari kondisi global. Sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi harga di antaranya adalah kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dan Eropa, permintaan dan produksi emas dunia, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Pengamat sekaligus pelaku bisnis dinar dan dirham, Muhaimin Iqbal menuturkan, investasi dinar dan dirham tetap menarik untuk jangka panjang. Instrumen investasi ini terbukti dapat berfungsi sebagai lindung nilai karena kenaikan harganya mampu mengalahkan inflasi.
Buktinya, dalam sepuluh tahun terakhir, kenaikan rata-rata harga dinar mencapai 9% dan dirham 8% per tahun. "Dinar dan dirham ini cocok bagi investor dengan horizon investasi jangka menengah panjang," ujar Muhaimin.
Senada dengan Muhaimin, Endy menilai dinar dan dirham cocok untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang, setidaknya setahun mendatang seperti dana darurat, dana pensiun, pendidikan, pernikahan, perjalanan ke luar negeri, termasuk haji dan umroh.
Bagi investor yang ingin membeli dinar dan dirham, Endy merekomendasikan untuk masuk sekarang saat harganya cukup rasional setelah harganya tertekan pada semester II-2013.
Hingga akhir tahun ini, Endy memprediksikan harga 1 dinar akan bergerak pada support Rp 2 juta dan resistance
Rp 2,33 juta. Sedangkan harga 1 dirham berpeluang bergerak pada kisaran support Rp 55.000 dan resistance Rp 72.000 per keping.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News