CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Mengukur Prospek Emiten Ritel di Tengah Kenaikan Keyakinan Konsumen dan Harga Barang


Minggu, 12 Juni 2022 / 17:54 WIB
Mengukur Prospek Emiten Ritel di Tengah Kenaikan Keyakinan Konsumen dan Harga Barang
ILUSTRASI. Gerai ritel Matahari Department Store di Jakarta.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meningkatnya mobilitas masyarakat di tengah transisi penanganan covid-19 dari pandemi menjadi endemi merangsang kenaikan konsumsi. Kondisi ini bisa menjadi katalis positif bagi pemulihan kinerja emiten di bisnis perdagangan ritel.

Survei Konsumen Mei 2022 mengindikasikan optimisme terhadap kondisi ekonomi. Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bergerak naik dari 113,1 pada bulan April menjadi 128,9 di bulan Mei.

Head of Research Reliance Sekuritas Alwin Rusli memandang tingkat IKK yang bergerak cukup tinggi di atas 100 menunjukkan pemulihan iklim bisnis di Indonesia sudah tampak membaik seperti sebelum masa pandemi covid-19. Di sisi lain, kembalinya gairah masyarakat untuk berbelanja menjadi katalis positif bagi emiten di sektor ritel.

"Secara umum penjualan ritel di Indonesia masih tergolong baik. Katalis positif adalah appetite dari masyarakat, yang mana bisa kita lihat dari seberapa ramai pusat perbelanjaan seperti mall dipadati oleh para pengunjung," kata Alwin kepada Kontan.co.id, Minggu (12/6).

Baca Juga: Saham Gojek Tokopedia (GOTO) Melesat 9,04% dalam Sepekan, Ini Rekomendasi Analis

Namun, momentum positif ini berjalan bukan tanpa catatan. Bayang-bayang tingginya tingkat inflasi dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas pembelian barang membuat harga-harga selain kebutuhan sehari-hari menjadi lebih mahal.

Menimbang kondisi tersebut, Alwin memperkirakan emiten dengan bisnis ritel barang kebutuhan sehari-hari (pokok) memiliki peluang lebih besar untuk menumbuhkan kinerja secara stabil. Meski begitu, tetap harus dicermati kondisi ekonomi terkait inflasi atau indikator lainnya yang beriringan dalam membentuk opini pelaku pasar.

"Juga bagaimana kondisi ekonomi secara global terutama di Amerika Serikat yang dapat mempengaruhi perilaku pemerintah dalam pengambilan keputusan ekonomi," imbuh Alwin.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai sejauh ini kenaikan harga-harga barang dan jasa masih tampak diikuti dengan kenaikan pendapatan sehingga daya beli menunjukkan pemulihan. Namun, kenaikan harga pada akhirnya akan membuat masyarakat memilih untuk mendahulukan kebutuhan prioritas.

Oleh sebab itu, strategi promosi dan pemasaran di bisnis ritel juga menentukan. Nico melihat pentingnya stimulus terutama dari para emiten ritel untuk memberikan penawaran menarik sehingga bisa mendorong peningkatan transaksi.

Baca Juga: Bergerak Menguat, Simak Rekomendasi Saham Konstruksi dan Infrastruktur

Selain dari sisi bisnis dan makro ekonomi, Nico juga mengingatkan faktor penyebaran covid-19 yang masih menghantui. Pasalnya, kenaikan kasus covid-19 dalam beberapa waktu terakhir dan masuknya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 bisa saja mengubah kembali keadaan.

"(Kenaikan kasus covid-19) akan membuat masyarakat menjadi jauh lebih waspada. Ada potensi konsumsi kembali berkurang dan saving akan meningkat. Maka dari itu pengendalian covid dan menjaga harga akan menjadi faktor penting," ujar Nico.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menambahkan, kinerja bisnis emiten ritel sudah mulai membaik. Sayangnya, perbaikan kinerja tersebut belum diikuti oleh pergerakan sahamnya yang masih melambat. Kemudian, kenaikan PPN dapat menaikkan harga jual yang bisa membuat masyarakat menahan pengeluaran. Kondisi ini berpotensi menjadi batu sandungan bagi emiten ritel dalam upaya memaksimalkan kinerja.

Meski begitu, emiten ritel barang kebutuhan sehari-hari dan ritel fashion dinilai masih memiliki pertumbuhan kinerja yang apik. Azis pun memberikan rekomendasi buy saham PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dengan potensi upside 15%.

 

Secara kinerja, pada tahun lalu MAPI mampu mencetak pertumbuhan top line dan membalikkan kinerja menjadi laba.

"Secara teknikal MAPI masih mengalami uptrend," ujar Azis.

Sementara itu, Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mencermati pergerakan sektor consumer cyclicals atau IDX Cyc yang banyak menaungi emiten ritel, sedang berada pada fase koreksi jangka pendek. Dia memperkirakan IDX Cyc akan menguji area 896 - 905 terlebih dulu, dengan mewaspadai level support di 885.

Herditya pun memberikan rekomendasi buy saham PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO) dan PT Hero Supermarket Tbk (HERO). "Dengan mencermati dari sisi volumenya terlebih dulu, karena pada kedua emiten tersebut volume masih cenderung kecil," kata Herditya.

Sedangkan Nico menjagokan saham MAPI, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES). Nico menyematkan rekomendasi buy untuk ketiga saham tersebut.

Sementara itu Alwin menyarankan pelaku pasar mencermati saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) pada level support-resistance di Rp 1.690 - Rp 1.900 dengan target harga pada Rp 1.960.

Selanjutnya ada saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), dimana posisi Rp 595 - Rp 645 sebagai area support dan resistance. Target harga RALS ada di Rp 700. Kemudian, LPPF dengan mencermati level support Rp 4.680 dan resistacne Rp 4.950 dengan target harga di Rp 5.800.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×