kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Mengukur kokohnya IDPR


Sabtu, 12 Desember 2015 / 14:45 WIB
Mengukur kokohnya IDPR


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Pekan ini Bursa Efek Indonesia (BEI) kedatangan beberapa penghuni baru.

Salah satunya adalah PT Indonesia Pondasi Raya Tbk.

Emiten ini secara resmi mencatatkan saham di BEI pada Kamis (10/12) dengan kode saham IDPR.

Emiten yang juga kerap disebut sebagai Indopora ini merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis pembuatan pondasi, dinding penahan tanah, dan perbaikan tanah.

Perseroan yang masuk sektor properti, real estat dan konstruksi bangunan ini merupakan perusahaan lama.

Indopora berdiri pada tahun 1977.

Sejak awal berdiri hingga kini, Indopora fokus pada bisnis yang sama.

Indopora juga berinvestasi dalam bidang beton pracetak melalui anak perusahaannya, PT Rekagunatek Persada, dengan kepemilikan saham 99,2%.

Anak usaha ini didirikan pada 28 Oktober 1992, yang fokus pada bidang pembuatan tiang pancang precast dan prestressed serta jasa pemancangan.

Indopora menghasilkan produk tiang pancang (driven piles), tiang bor (bored piles), tiang multiform, sheet piles, diaphragm wall cast in situ, diaphragm wall pracetak, soldier piles, contiguous bored piles, dan secant piles.

Melalui IPO, Indopora mendapatkan dana segar Rp 387,8 miliar.

Indopora akan menggunakan 40% dari dana IPO atau setara Rp 155,12 miliar untuk belanja modal.

Dana tersebut akan digunakan untuk pembelian aset tetap, seperti mesin-mesin pekerjaan pondasi, dinding penahan tanah, perbaikan tanah, pengujian tiang dan alat-alat pendukung operasional lain.

Sebanyak 10,8% dana IPO akan digunakan untuk penambahan investasi pada Rekagunatek Persada, 23% untuk pembelian tanah dan 24,9% untuk modal kerja.

Tahun ini Indopora menargetkan pendapatan antara Rp 1,3 triliun hingga Rp 1,4 triliun atau tumbuh antara 2%-10% ketimbang pendapatan tahun lalu.

Sekretaris Perusahaan Indopora Dwijanto mengatakan, pihaknya menargetkan pertumbuhan pendapatan 30% tahun depan.

"Prospek tahun depan kami lihat bagus. Jadi, kami perkirakan pendapatan bisa tumbuh 30% dibandingkan tahun ini," kata Dwijanto, Kamis (10/12).

Artinya, emiten ke-17 di BEI yang masuk tahun ini membidik pendapatan antara Rp 1,69 triliun hingga Rp 1,82 triliun tahun depan.

Pada tahun 2014, Indopora mencatat pendapatan Rp 1,27 triliun dan laba bersih Rp 188 miliar.

Pada semester pertama tahun ini, Indopora mencatat pendapatan Rp 783 miliar atau naik 34,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Laba bersih Indopora untuk periode enam bulan tahun ini sebesar Rp 122 miliar atau melejit hingga 48,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Porsi infrastruktur

Indopora berencana mendorong pendapatan dari proyek-proyek infrastruktur.

Apalagi pemerintah tengah berupaya mengerjakan berbagai macam proyek pembangunan.

Direktur Utama Indopora, Febyan mengatakan, selama ini pendapatan Indopora masih ditopang oleh proyek-proyek pondasi untuk high-rise building yang mencapai 90%.

Hanya 10% yang berasal dari proyek infrastruktur.

Indopora menargetkan porsi pendapatan proyek infrastruktur bisa naik menjadi antara 30% sampai 40%.

Indopora mendapatkan kontrak dari proyek infrastruktur dari rencana pembangunan light rail transit (LRT) di Palembang yang bernilai Rp 33 triliun.

"Tahun depan kami lihat banyak peluang. Kami bisa jadi subkontraktor kontruksi BUMN untuk proyek-proyek pemerintah," lanjutnya.

Indopora juga mengincar beberapa proyek-proyek pemerintah seperti jembatan, bendungan, pembangkit listrik, dan bandara.

Paling baru, Indopora tengah mengikuti tiga tender pembangunan pondasi untuk proyek pembangkit listrik di Tangguh, Bojonegoro, dan Cirebon dengan nilai masing-masing proyek di atas Rp 100 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×