Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve bulan ini kembali menekan harga minyak. Tapi, kenaikan suku bunga The Fed yang lebih kecil berpotensi membatasi penurunan harga minyak lebih lanjut
Jumat (3/3) pukul 7.44 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2023 di New York Mercantile Exchange turun 0,32% ke US$ 77,91 per barel. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat 2,08%.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak Mei 2023 di ICE Futures kemarin menguat 0,52% ke US$ 84,75 per barel. Harga minyak acuan internasional ini naik 2,33% sejak akhir pekan lalu.
Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan, The Fed harus melanjutkan kenaikan suku bunga seperempat poin stabil untuk saat ini dalam upaya untuk menghindari penurunan ekonomi.
Baca Juga: DMO Minyak Goreng Rakyat Baru Mencapai 65,54% dari Target 450 Ribu Ton
"Kami dihantam oleh pembicaraan Fed, tetapi komentar Bostic tampaknya membantu minyak," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York kepada Reuters.
Pernyataan tersebut meredakan kekhawatiran yang dipicu sebelumnya ketika data pengangguran AS yang kuat membuat investor khawatir tentang kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih cepat dan lebih besar.
Di sisi lain, tanda-tanda rebound ekonomi yang kuat di importir minyak mentah utama China menjadi penyokong harga minyak. Aktivitas manufaktur di China tumbuh bulan lalu pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade. Data yang dirilis Rabu pekan ini menambah bukti rebound di ekonomi terbesar kedua di dunia setelah penghapusan pembatasan Covid-19 yang ketat.
Impor minyak Rusia melalui laut China akan mencapai rekor tertinggi bulan ini karena penyuling memanfaatkan harga murah.
Baca Juga: Harga Minyak Bergerak Stabil, Didukung Optimisme Rebound Permintaan China
Sementara, meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Eropa (ECB) setelah laju kenaikan harga konsumen yang lebih cepat dari perkiraan di Prancis, Spanyol dan Jerman, membuat minyak bergerak lebih tinggi. Inflasi zona euro naik pada bulan Februari ke tingkat tahunan yang lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,5%, menurut perkiraan pertama dari badan statistik Uni Eropa.
"Kecemasan inflasi yang terus-menerus akan bertindak sebagai jeda reli yang berkepanjangan dalam waktu dekat," kata Tamas Varga, analis PVM Oil.
Risalah ECB pada hari Kamis menyarankan bank sentral dapat terus menaikkan suku bunga di luar pertemuan bulan Maret dalam dua minggu, kata ING Economics.
Baca Juga: Perbaiki Tata Niaga, Ekspor CPO akan Diwajibkan Melalui Bursa Berjangka
Di Amerika Serikat, penumpukan stok minyak mentah selama 10 minggu berturut-turut juga membebani pasar. Harga minyak juga tertekan oleh penguatan dolar, setelah klaim pengangguran AS menunjuk ke pasar pekerjaan yang kuat. Dengan data lain yang menunjukkan kenaikan biaya tenaga kerja, investor memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.
"(Prospek) kenaikan suku bunga AS lebih lanjut kemungkinan akan mempertahankan kekuatan dolar AS dalam memberikan pembatas sisi atas utama pada harga minyak," kata Jim Ritterbusch dari konsultan Ritterbusch and Associates.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News