Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham masih lesu di tengah ketidakpastian pasar dan peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah. Manajer investasi pun berupaya mengantisipasi berbagai sentimen negatif yang melanda pasar agar kinerja reksadana reksadana yang dikelolanya tetap positif.
Sebagai catatan, kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin pada Infovesta Equity Fund Index terkoreksi 5,22% (ytd) per Agustus 2018.
Penurunan kinerja rata-rata reksadana saham sejalan dengan pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan yang masih minus 7,93% (ytd) hingga Jumat (7/9). Begitu pula dengan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang terkoreksi 9,33% (ytd).
Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi, Alvin Pattisahusiwa menyampaikan, pada dasarnya MMI selalu melakukan penyesuaian secara taktikal berdasarkan situasi yang ada di pasar ketika mengelola reksadana saham.
Dia menambahkan, saat ini pihaknya lebih memilih untuk menjadikan saham dari emiten berorientasi ekspor, memiliki net gearing di level yang rendah, dan tidak memiliki utang dalam denominasi dollar AS. “Alasannya adalah asumsi depresiasi nilai tukar rupiah yang masih bisa terjadi dan antisipasi naiknya suku bunga acuan BI,” ungkap Alvin, Jumat (7/9).
Senada, Direktur Bahana TCW Investment Management, Soni Wibowo mengatakan, aset dasar portofolio reksadana saham yang dikelola Bahana sudah berkurang dari saham yang memiliki utang dollar AS berskala besar. Pihaknya juga lebih mengandalkan saham dari emiten yang memiliki efek netral terhadap sentimen kurs rupiah namun masih memiliki potensi pertumbuhan kinerja yang tinggi.
Di luar itu, pada dasarnya Bahana tidak mengubah pembobotan aset dasar dalam portofolio reksadana saham secara ekstrem. “Kami tetap melakukan pembobotan normal sekitar 90—95% pada saham, sedangkan sisanya dalam bentuk kas,” kata Soni.
Sementara itu, Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management, Markam Halim berujar, pihaknya sangat menekankan pemilihan aset dasar portofolio reksadana saham berdasarkan pertimbangan jangka panjang dan tidak mudah digoyahkan oleh sentimen sesaat.
Dia pun bilang, salah satu upaya yang bisa dilakukan pihaknya ketika pasar sedang bergejolak adalah memperbanyak porsi kas atau pasar uang dalam reksadana saham.
Selain itu, HPAM juga masih percaya dengan saham-saham berkapitalisasi besar atau blue chip. Sebab, ketika tekanan pasar mereda, saham seperti ini akan menjadi penggerak utama IHSG sehingga potensi keuntungannya tergolong besar.
Terlepas dari itu, para manajer investasi optimistis kinerja reksadana saham masih bisa positif sebelum tahun ini berakhir.
Alvin misalnya. Dengan mengasumsikan IHSG berada di level 6.200, ia memperkirakan kinerja rata-rata reksadana saham dapat mencapai 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News