Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Menghijaunya pasar obligasi dalam negeri mendorong pelaku manajer investasi untuk mengendapkan dana pada Surat Utang Negara (SUN).
Strategi inilah yang juga diterapkan oleh PT Manulife Aset Manajemen Indonesia dalam mengelola produk reksadana pendapatan tetap Manulife Dana Tetap Pemerintah.
Putut Endro Andanawarih, Director of Business Manulife Aset Manajemen Indonesia berujar, sesuai dengan namanya, produk Manulife Dana Tetap Pemerintah bertujuan untuk menjadi instrumen investasi yang mengalokasikan aset pada efek surat utang yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia berdenominasi rupiah.
Mengacu data Infovesta, secara year to date (ytd) per 15 April 2016, Manulife Dana Tetap Pemerintah telah mencetak imbal hasil alias return sebesar 11,69%. Pencapaian tersebut lebih tinggi ketimbang rata-rata return reksadana pendapatan tetap yakni Infovesta Fixed Income Fund Index yang tumbuh 6,89% periode sama.
Putut berpendapat, sejak awal tahun 2016, pasar obligasi baik SUN maupun surat utang korporasi memang cenderung bullish (naik). Faktor pendorongnya, aksi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali dengan total nilai 75 bps ke level 6,75%. Pelonggaran kebijakan moneter tersebut menyeret yield SUN sehingga mendongkrak harga.
Apresiasi harga obligasi negara juga dipicu oleh terjaganya inflasi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi Tanah Air mencapai 0,62% pada periode Januari 2016 – Maret 2016. “Rupiah juga cenderung lebih stabil di level Rp 13.000-an. Katalis positif ini baik bagi pasar SUN,” jelasnya.
Maklum, mengutip fund fact sheet per Maret 2016, sebanyak 89,56% aset Manulife Dana Tetap Pemerintah diparkir pada SUN. Sisanya 10,44% berupa instrumen pasar uang.
Strategi tersebut sejalan dengan kebijakan investasi Manulife Dana Tetap Pemerintah. Perusahaan memang leluasa menempatkan dana 80% - 100% pada SUN. Lalu 0% - 20% pada instrumen pasar uang.
Likuiditas SUN di pasar memang relatif tinggi. Sehingga, ketika pasar obligasi bullish, SUN berpotensi menghimpun kenaikan harga (capital gain) lebih besar ketimbang obligasi korporasi. "Kami juga memilih SUN jangka panjang sehingga apresiasinya lebih terasa," tukasnya.
Oleh karena itu, dengan strategi yang kini diterapkan, Putut berharap, sepanjang tahun 2016, kinerja Manulife Dana Tetap Pemerintah dapat mengungguli rata-rata return reksadana pendapatan tetap.
Pasar obligasi domestik berpotensi melanjutkan tren bullish (naik) di waktu mendatang. Dengan catatan, inflasi terjaga sesuai dengan target pemerintah yang dipatok 3% - 5%. “Sehingga suku bunga BI berpeluang menyusut lagi,” tuturnya. Pemerintah juga harus berusaha mempertahankan kinerja mata uang Garuda di hadapan dollar Amerika Serikat (AS).
Per 15 April 2016, Manulife Dana Tetap Pemerintah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.836,27. Per Maret 2016, reksadana pendapatan tetap ini telah menghimpun dana kelolaan sebesar Rp 93,37 miliar. Produk tersebut sudah melenggang di pasar sejak 5 Oktober 2007.
Nah, investor yang ingin mengoleksi reksadana ini dapat melakukan pembelian awal minimal Rp 100.000. Pembelian selanjutnya juga minimum Rp 100.000.
Jika investor membeli langsung unit penyertaan Manulife Dana Tetap Pemerintah secara langsung melalui Manulife Aset Manajemen Indonesia, maka perusahaan bakal mengutip biaya pengelolaan maksimal 2,5% per tahun serta biaya kustodian maksimal 0,25% per tahun.
Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo memaparkan, secara ytd, kinerja Manulife Dana Tetap Pemerintah disokong oleh kinerja empat portofolio, yakni FR0065 (14,96%), FR0068 (9,3%), FR0071 (6,95%), serta FR0072 (9,63%).
“Namun, performa reksadana tersebut juga dibebani oleh FR0064 dengan kinerja minus 11,97% (ytd),” imbuhnya.
Beben menilai, sepanjang tahun 2016, prospek reksadana Manulife Dana Tetap Pemerintah berpotensi di atas Infovesta Fixed Income Fund Index yang diproyeksikan 7% - 7,7%.
“Alokasi portofolio investasi yang berada pada SUN membuat prospek kinerja produk ini akan bersandar pada makro ekonomi,” jelasnya.
Beben menyarankan investor untuk mengendapkan dana minimal lima tahun yang disesuaikan dengan tujuan investasi. Sebab, alokasi dana pada instrumen reksadana umumnya bersifat jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News