Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat yang ingin berinvestasi dalam reksadana yang minim risiko, manajer investasi kerap menelurkan jenis produk reksadana pasar uang.
Salah satunya, Manulife Asset Management (MAMI) yang meluncurkan produk Manulife Dana Kas II pada 23 Januari 2009. Director of Business Development MAMI Putut Endro Andanawarih mengatakan, sesuai dengan jenisnya, perusahaan meracik komposisi aset dasar produk ini di instrumen pasar uang, efek utang jangka pendek yang usianya kurang dari setahun. Misalnya di deposito dan obligasi yang jatuh temponya tak lebih dari setahun.
Sebab, produk ini dirancang sebagai sarana belajar pertama bagi investor yang ingin mulai menaruh dananya di reksadana. “Risikonya paling kecil ketimbang jenis reksadana lain, sangat konservatif. Langkah awal sebelum investor masuk ke pasar modal yang lebih fluktuatif,” ujarnya.
Selain itu, jenis reksadana tersebut juga menawarkan fleksibilitas karena sifatnya yang gampang dicairkan. Oleh karena itu, produk ini akan memberikan imbal hasil alias return yang stabil. Itu pula sebabnya, menilik fund fact sheet per Juni 2015, sekitar 34,84% aset dasar Manulife Dana Kas II diputar dalam obligasi korporasi. Sisanya, 65,16% berupa instrumen pasar uang seperti deposito.
Sesuai kebijakan investasinya, produk yang sudah menghimpun dana kelolaan Rp 324,08 miliar per Juni 2015 ini leluasa menempatkan 100% dana kelolaannya dalam instrumen pasar uang.
Data Infovesta menunjukkan, secara year to date hingga Juli 2015, kinerja Manulife Dana Kas II tercatat 3,94%. Pencapaian tersebut di atas rata-rata return reksadana pasar uang yang tercermin pada Indeks Reksa Dana Pasar Uang (IRDPU) Infovesta, bertengger di 3,63% pada periode yang sama.
Putut mengklaim, perusahaan akan mempertahankan strategi portofolio saat ini. Sebab, mereka lebih mementingkan kualitas dan risiko instrumen pasar uang yang digarap. “Apalagi jumlah dana kelolaan Manulife Dana Kas II cukup besar sehingga memungkinkan kami memperoleh kupon yang kompetitif,” tuturnya. Selain itu, perusahaan juga menyebarkan asetnya ke deposito beberapa bank guna meminimalisir risiko.
Buktinya, return produk tersebut sudah cukup kinclong. Sayangnya, ia enggan membeberkan target imbal hasil Manulife Dana Kas II hingga pengujung tahun 2015.
Per Juni 2015, reksadana ini diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai Rp 1.161,55.
Nah, investor bisa mengoleksi reksadana ini dengan investasi awal senilai Rp 100.000. Pembelian selanjutnya juga minimal Rp 100.000. Manulife Asset Management tidak mengutip biaya pembelian, biaya penjualan, maupun biaya pengalihan.
Perusahaan hanya mengutip biaya pengelolaan maksimal 2% per tahun. Produk yang menggunakan bank kustodian Deutsche Bank tersebut juga memiliki biaya kustodian sampai dengan 0,25% setahun.
Analis Infovesta Utama Vilia Wati menilai, kinerja Manulife Dana Kas II tertopang oleh penempatan aset pada obligasi korporasi jangka pendek yang diduga memberikan kontribusi return lebih tinggi ketimbang efek pasar uang lainnya.
Proyeksi Infovesta, rata-rata return reksadana pasar uang antara 6% - 7%. “Kinerja reksadana Manulife Dana Kas II hingga akhir tahun 2015 berpotensi sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri reksadana pasar uang,” pungkasnya.
Sebab, lanjut Vilia, kupon obligasi korporasi umumnya lebih besar ketimbang suku bunga deposito. Meskipun pergerakan obligasi korporasi sedikit fluktuatif mengikuti pergerakan harga obligasi.
Serupa dengan sifatnya, ia menyarankan para investor untuk menahan produk ini dalam jangka pendek guna memenuhi kebutuhan likuiditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News