Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ciputra Development Tbk masih terus dihadapkan dengan sejumlah tantangan dalam industri properti. Hal ini berdampak pada penjualan properti emiten berkode emiten CTRA tersebut.
Analis Kresna Sekuritas Franky Rivan mengatakan masih ada kemungkinan jika ke depannya Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan yang lebih tinggi dari perkiraan setelah peilihan umum selesai. Selain itu, jika skenarionya terjadi memungkinkan pertumbuhan PDB nasional lebih buruk dari perkiraan.
Meski demikian, Analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano menilai emiten ini masih cukup bagus karena memiliki bisnis yang fokus pada target pasar ekonomi menengah.
CTRA, anggota indeks Kompas100 ini, pada dasarnya fokus di rumah harga di bawah Rp 1 miliar, misalnya Ciputra Maja Raya harga propertinya Rp 200 juta-an dan Citra Raya Tangerang sekitar Rp 500 juta ke bawah.
Di sisi lain, dari berbagai produk perumahan yang dijualnya sepanjang tiga bulan pertama kemarin, pihaknya mencatatkan marketing sales sebesar Rp 1,11 triliun. Adapun penyokongnya yakni dari produk perumahan baik di Medan, Tangerang, Maja, Surabaya, Semarang dan Makassar. Katanya paling tidak tahun ini bisa mendapatkan Rp 6 triliun dari penjualan properti di daerah tersebut.
Apalagi di tahun ini akan ada tiga proyek properti baru di daerah Puri, Sentul, dan Ciracas. “Akan tetapi kontribusinya masih belum bisa lebih tinggi daripada Citra Maja, Citra Plaza Batam, Menara Peduli Tokopedia, dan Proyek Citraland Losari Makassar,” kata Victor kepada Kontan.co.id, Selasa (16/4).
Sejalan dengan Franky, Analis Indo Premier Sekuritas, Joey Faustian dalam risetnya 1 April 2019 meramal pada tahun ini belum bisa bekerja secara optimal. Secara pendapatan hanya bisa meraup Rp 7,167 triliun dan laba di kisaran Rp 1,097 triliun. Sementara pada tahun lalu CTRA mampu membukukan pendapatan Rp 7,67 triliun dan laba yakni Rp 1,18 triliun didukung oleh Ascott dan CitraLand Surabaya.
Namun, Victor optimistis mengharapkan laba bersih CTRA meningkat menjadi Rp 1,1 triliun atau naik sekitar 17% pada akhir tahun 2020. Ketika politik mereda dan didukung oleh pendapatan pengakuan dari Citraland Losari Makassar penjualan massal sebesar Rp 1 triliun.
CTRA sebenarnya masih bisa meraih untung dari penjualan properti dengan sasaran konsumen ekonomi menengah. Emiten ini dapat menyiasatinya dengan membuat hunian berukuran kecil dan sederhana, tapi dengan jumlah unit yang besar dan harganya terjangkau. “Kalau unit properti yang terjual banyak, strategi ini pasti tetap bisa mendatangkan keuntungan,” kata Victor
Menurut Joey kondisi berbeda dialami oleh pembeli yang berorientasi melakukan investasi di bidang properti. Keberadaan tahun politik cenderung membuat investor menahan diri untuk mengoleksi aset-aset bernilai tinggi seperti properti.
Memang, tantangan CTRA tak hanya dari agenda politik. Potensi berlanjutnya kenaikan suku bunga acuan yang kemudian diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit juga bisa menimbulkan lagi stagnasi kinerja keuangan termasuk marketing sales perusahaan.
Dengan adanya potensi kenaikan suku bunga acuan lagi di tahun depan, minat masyarakat untuk membeli properti milik CTRA tersebut bisa mengalami penurunan. Terutama masyarakat menengah ke bawah yang menjadi salah satu segmen pembeli properti emiten ini.
Untuk itu Victor merekomendasikan buy dengan target harga saham Rp 1.350 sampai dengan akhir tahun.
Sementara Franky merekomendasikan hold dengan target harga Rp 1.050. Sedangkan Joey menyarankan beli di target harga Rp 1.400.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News